Ulasan Film ‘Shazam!’, Wajah Baru DC Universe

Shazam menjadi wajah baru superhero DC (dok. Warner Bros Pictures)

ALINEA – Pernah membayangkan film besutan DC Extended Universe (DCEU) selalu bernuansa gelap? Kali ini kamu salah. Melalui film pahlawan terbaru DC ‘Shazam!’ yang rilis 2 April lalu, DC menampilkan karakteristik pahlawan baru, lebih ceria, lebih berwarna dan tentunya lebih terang. Walaupun sebelumnya sukses dengan Batman v Superman, Justice League, Wonder Woman dan Aquaman yang dinilai penonton memiliki keseriusan dan nuansa gelap ala DC.

Film yang di sutradarai oleh David F. Sandberg berhasil membawakan unsur komedi yang ditulis dengan humor yang mungkin membuat seluruh penonton tertawa lepas. Karakter Shazam juga bertolak belakang yang jauh lebih fun dan humoris dibanding dengan karakter pahlawan DCUE lainnya, eits ada lagi, tidak pernah disangka jika film ini sangat mengedepankan keharmonisan keluarga.

Dimulai dari Billy Batson (Asher Angel) seorang remaja nakal berusia 14 tahun yang merupakan seorang anak yatim, menyandang status anak yatim, billy memiliki kasus pelarian remaja, selalu berpindah-pindah dari satu panti asuhan ke panti asuhan lainnya sambil mencari ibu nya yang terpisah dengannya saat billy masih kecil di taman bermain kota Philadelpia.

Batson kemudian harus terpaksa diadopsi oleh keluarga Vasquezes (Cooper Andrews dan Marta Milans) mereka adalah sepasang suami istri yang berbaik hati memberikan atap kepada anak-anak yatim piatu. Batson kemudian bertemu dengan bocah kaki pincang yang terobsesi dengan superhero terutama Batman yaitu Freddie Freeman (Jack Dylan Grazer).

Billy yang pendiam harus beradaptasi dengan lingkungan keluarga baru bersama 5 anak yatim piatu lainnya. Suatu ketika Freeddie di-bully oleh teman sekolahnya dan Billy memutuskan untuk menolong Freddie dan lari menuju stasiun kereta bawah tanah kota.

Saat dalam perjalanan kereta, Billy bertemu dengan penyihir tua yang berada di goa, penyihir yang merupakan anggota dari tujuh dewan sihir itu mengaku jika ia sedang mencari orang layak dan berhati murni untuk mewarisi kekuatannya, penyihir lalu menyuruh billy memegang tongkat dan menyebut namanya, ‘Shazam!’.

Mendadak tubuh Billy berubah menjadi pria dewasa berkostum merah serta memiliki lambang petir di dadanya, disaat itulah Billy menjadi sosok Shazam (Zachary Levi), tentu saja dengan terheran-heran bagaimana menggunakan kekuatan sihir dari Shazam itu sendiri. Billy dengan bantuan Freedie kemudian mencoba beradaptasi dengan wujud barunya itu, Billy dapat berubah ke wujud semula hanya dengan menyebutkan mantra “Shazam!” lagi.

(dok. Warner Bros Pictures)

Patut diberi jempol untuk para pemain-pemain di film ini, Zachary Levi berhasil membawakan sosok pahlawan penuh komedi dan kekanak-kanakan, menyerupai komik karena Shazam memang memiliki pribadi seperti anak kecil. Asher Angel pun begitu, dia membawakan peran yang penuh emosional dan penuh beban untuk anak remaja diusianya, dan jangan lupa dengan saudara-saudara Billy yang menampilkan chemistry kekeluargaan apik yang menjadi pusat perhatian penonton sepanjang film.

Selain itu, cerita yang dibawakan juga sangat berbeda dengan film-film DC sebelumnya, DC hampir tidak pernah peduli dengan nuansa kekeluargaan, tapi chemistry keluarga di film ini terlihat dari tiap-tiap karakter yang peduli dengan Billy, terhitung Shazam masuk dalam kategori film keluarga.

Tapi sayangnya, unsur komedi tiada henti di film ini malah menghancurkan separuh dari film, contohnya dalam beberapa adegan pertarungan Shazam dan Dr Thaddeus Sivana (Mark Strong). Ketegangan yang sempurna dari Dr Sivana ini hancur oleh komedi yang diselipkan di tiap dialog mereka, dan itu berulang-ulang hingga akhir film. Memang tidak berdampak banyak tapi alih-alih ini adalah film superhero dan bukan film drama komedi.

Sangat disayangkan jika momen pertarungan Shazam jadi kurang heroik untuk sekelas pertarungan dewa. Bukan berarti itu buruk, di film ini Shazam lebih menunjukkan skill otak daripada fisik, mungkin itu yang diinginkan sutradara David.

Efek Visual film ini memang kurang memanjakan mata, film Shazam sepertinya tidak berfokus pada visual tapi banyak yang dapat dinilai dari ini, contohnya efek CGI petir, bangunan roboh, saat Shazam dan Dr Sivana terbang masih lumayan bisa dilihat oleh mata telanjang sekali pun.

Imdb memberi nilai 8.0/10 untuk film ini. Pembawaan serta adegan-adegan emosional yang menjadi senjata utama DC di film Shazam ini. Shazam sudah bisa ditonton di bioskop kesayangan kamu, dan jangan lupa akan ada dua post-credit lho! (Faiz)

Tags :

BERITA TERKAIT

4 Responses

  1. Artikel yang sangat bagus …
    Ulasan informasi yang disampaikan sangat bermanfaat …
    Terimakasih informasinya min …
    Ditunggu artikel selanjutnya …
    Salam kenal …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *