Alinea.mmtc – Dua tahun lalu, pada 18 Agustus 2023, mantan Presiden Amerika Serikat Joe Biden, Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol, dan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida menggelar Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) pertama di Camp David. Dalam pertemuan tersebut, Perdana Menteri Kishida menyatakan bahwa ketiga pemimpin berkomitmen untuk membuka era baru kemitraan Jepang–AS–Korea Selatan melalui penguatan kerjasama trilateral.
Dalam siaran pers yang diterbitkan melalui laman resmi pemerintah Jepang, japan.go.jp, Kishida menjelaskan bahwa era baru ini mencerminkan kerja sama berlapis di semua tingkatan, khususnya di bidang militer dan ekonomi. Salah satu hasil konkret dari pertemuan tersebut adalah kesepakatan untuk menyelenggarakan latihan gabungan multi-domain antara Jepang, Amerika Serikat, dan Korea Selatan setiap tahun.
Latihan gabungan ini diberi nama Freedom Edge. Kegiatan tersebut dirancang untuk meningkatkan interoperabilitas ketiga negara sekaligus menegaskan komitmen bersama dalam menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan Asia-Pasifik. Putaran ketiga dari latihan ini dijadwalkan akan berlangsung pada 15 hingga 19 September mendatang di Laut Cina Timur.
Menurut pernyataan Komando Indo-Pasifik AS, latihan putaran ketiga ini akan menekankan penguatan kemampuan pertahanan rudal balistik serta melibatkan operasi gabungan antara angkatan laut dan angkatan udara. Materi latihan juga mencakup pertahanan udara yang telah ditingkatkan, pelatihan evakuasi medis, dan latihan intersepsi maritim.
Latihan ketiga Freedom Edge menjadi yang pertama sejak pelantikan Presiden AS Donald Trump pada 20 Januari 2025 dan Presiden Korea Selatan Lee Jae-myung pada 4 Juni 2025.

Sebelumnya, Freedom Edge 24-1 telah dilaksanakan pada 27–29 Juni 2024 di Laut Cina Timur. Jepang mengirimkan kapal perusak JS Ise, JS Atago, serta pesawat patroli maritim P-1 dalam latihan tersebut. Fokus latihan meliputi pertahanan rudal balistik, pertahanan udara, perang anti-kapal selam, pencarian dan penyelamatan, serta interdiksi maritim.
“Latihan ini bertujuan meningkatkan kemampuan taktis sekaligus memperkuat kerja sama dengan Angkatan Laut AS dan Angkatan Laut Korea Selatan,” ujar Komandan Divisi Pengawal ke-2, Kapten Jo Takemasa, dalam rilis resmi Kementerian Pertahanan Jepang (mod.go.jp).
Sementara itu, Freedom Edge 24-2 dilaksanakan pada 13–15 November 2024. Menurut catatan Joint Chiefs of Staff (JCS) Korea Selatan, latihan ini mencakup berbagai domain operasional seperti pertahanan udara dan rudal maritim, perang anti-kapal selam, operasi anti-pembajakan, serta siber defensif.
“Freedom Edge terus mencerminkan postur pertahanan yang kokoh dari Jepang, Korea Selatan, dan Amerika Serikat untuk memperkuat interoperabilitas multi-domain dan menjaga perdamaian serta stabilitas di kawasan Indo-Pasifik, termasuk Semenanjung Korea,” demikian pernyataan dari Komando Indo-Pasifik AS.
Japan Maritime Self-Defense Force (JMSDF) juga menegaskan komitmennya terhadap visi “Indo-Pasifik yang Bebas dan Terbuka.” “Kami akan terus memperkuat kerja sama dengan mitra strategis demi mewujudkan kawasan yang stabil,” ujar Laksamana Madya Natsui Takashi, Komandan Armada Pengawal ke-4.
Dalam latihan kedua tersebut, Jepang mengerahkan kapal perusak Aegis JS Haguro, pesawat patroli P-3C, pesawat tempur F-15 milik Japan Air Self-Defense Force (JASDF), F-2, serta pesawat peringatan dini dan kendali udara E-767 AEW&C.
Dengan berjalannya latihan Freedom Edge secara rutin, Jepang, AS, dan Korea Selatan menegaskan solidaritas strategis dalam menghadapi dinamika keamanan sesuai hukum internasional di kawasan Indo-Pasifik.
Penulis: Agustina Sitti Anggawen
Editor : Victorio Firsta