ALINEA- Hi Liners! Apakah kalian pernah mengunjungi Benteng Vredeburg di Yogyakarta? Benteng ini merupakan salah satu ikon kota Jogja dan menjadi saksi bisu sejarah Indonesia. Benteng Vredeburg terletak di kawasan Titik Nol Kota Yogyakarta, tepat di sebelah monumen Serangan Umum 1 Maret. Buat kalian yang penasaran langsung aja simak uraiannya di bawah ini.
Benteng Vredeburg pertama kali didirikan pada tahun 1760 menggunakan kayu dan bambu sebagai materialnya. Benteng ini dibangun atas perintah Sultan Hamengkubuwono I untuk menyetujui permintaan Belanda. Dahulu, Belanda takut dengan Keraton karena telah memiliki masjid dan istana keraton. Oleh karena itu, Belanda membuat Benteng tersebut agar dapat mengawasi Keraton.
Pada mulanya, benteng ini bernama Benteng Rustenburg yang bermakna benteng peristirahatan para perwira. Benteng ini digunakan sebagai tempat menyusun strategi, intimidasi, penyerangan, dan blokade. Karena adanya gempa di Yogyakarta, benteng ini dibangun kembali pada 1887 dengan material beton agar lebih kokoh. Namanya diubah menjadi Benteng Vredeburg yang berarti benteng perdamaian. Pada zaman sekarang, Benteng Vredeburg dialihfungsikan menjadi museum dan tempat wisata.
Museum Benteng Vredeburg terdiri dari empat diorama. Saat pertama kali masuk ke dalam diorama 1, pengunjung disuguhkan dengan peristiwa dan peninggalan zaman Pangeran Diponegoro sampai masa pendudukan Jepang. Dalam diorama ini banyak dijelaskan tentang peristiwa berdirinya organisasi-organisasi kemerdekaan seperti Taman Siswa dan Kongres Perempuan. Selain itu juga ada peninggalan sejarah berupa baju penjara milik Ki Hajar Dewantara. Selanjutnya masuk ke diorama 2, pengunjung diberikan penjelasan dari zaman kemerdekaan hingga Agresi Militer Belanda II. Dalam diorama ini dijelaskan peristiwa seputar proklamasi, pembentukan Tentara Keamanan Rakyat, Pekan Olahraga Nasional pertama kali, hingga Agresi Militer Belanda II. Berbagai peninggalan berupa mata uang kuno, lambang kota Yogyakarta, dan mesin cetak kuno disimpan di sini. Lanjut ke diorama 3, pengunjung akan diberikan penjelasan mengenai peristiwa perjanjian renville sampai pemilihan Jogja sebagai ibukota baru. Peristiwa serangan Umum 1 Maret 1949 dan Yogyakarta menjadi ibukota sementara adalah peristiwa yang menonjol dalam diorama ini. Selain itu juga dijelaskan peristiwa pelantikan Ir. Soekarno sebagai Presiden Republik Indonesia Serikat di Keraton Yogyakarta. Dalam diorama terakhir, peristiwa pengembalian ibukota dari Yogyakarta ke Jakarta hingga masa orde baru dapat disaksikan oleh pengunjung. Status Yogyakarta sebagai ibukota sementara Republik Indonesia pada masa revolusi berakhir karena kembalinya Presiden Soekarno ke Jakarta.
Selama mengelilingi Museum Benteng Vredeburg, tentu saja ada banyak hal-hal berkesan bagi pengunjung, seperti benda peninggalan dan peristiwa bersejarah. Di antaranya adalah beragam mata uang kuno berbentuk koin dan kertas. Uang koin berupa uang logam dengan cap VOC, uang Spanyol, dan uang Belanda bergambar ratu Belanda. Uang kertas berupa uang gulden pada masa pendudukan Jepang (dicetak pada tahun 1942-1943). Selain itu juga ada ORI (Oeang Republik Indonesia) yang diedarkan pada tahun 1946 dan merupakan uang asli Republik Indonesia. Selanjutnya ada mesin cetak koran Heidelberg asal Jerman yang digunakan oleh Kedaulatan Rakyat yang terbit sejak tahun 1945. Mesin ini juga digunakan untuk mencetak koran Sedia Tama dan Sinar Matahari. Lalu ada perkembangan logo Keraton Yogyakarta era Sultan Hamengkubuwono VIII, IX, dan X. Terdapat lambang “Praja Cihna” atau HaBa. Praja yang berarti abdi negara dan Cihna berarti sifat sejati. Dalam setiap era memiliki jumlah sayap di masing-masing sisi. Sultan Hamengkubuwono VIII berjumlah 8 buah, Sultan Hamengkubuwono IX berjumlah 9 buah, dan Sultan Hamengkubuwono X berjumlah 10 buah. Gunanya untuk lambang pribadi (Cihnaning Pribadi) yang berbentuk huruf Murda berupa angka di bagian bawah helai sayap, untuk menandakan sultan yang sedang bertahta.
Berbagai peristiwa penting dalam sejarah indonesia juga dijelaskan antara lain peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia dan peristiwa seputar proklamasi; Agresi Militer Belanda, yaitu usaha Belanda untuk menguasai kembali pemerintahan Indonesia; dan Serangan Umum 1 Maret 1949 di sekitar Stasiun Tugu dan Hotel Tugu dipimpin letkol Soeharto.
Kebetulan di bulan Agustus sampai September sedang diadakan pameran Vredeburg Fair ke-10. Pameran yang diselenggarakan menyangkut tentang peristiwa sejarah. Di dalamnya dipamerkan berbagai koleksi peninggalan Pangeran Diponegoro, Jenderal Sudirman, dan Sultan Hamengkubuwono X. Pameran ini menyuguhkan artefak berupa tombak Kyai Rondhan milik Pangeran Diponegoro dengan empat mutiara di tombaknya dan tongkat Kyai Cokro yang dibuat di Kesultanan Demak. Kedua benda ini dibawa langsung dari Museum Nasional. Kedua benda ini masih dalam kondisi bagus meski sudah ada sejak 600 tahun lalu dan tidak boleh didokumentasikan. Selanjutnya ada peninggalan keris Kyai Slamet yang digunakan oleh Jenderal Sudirman, beberapa lukisan, dan beberapa pakaian milik Sultan Hamengkubuwono X berupa baju batik dan baju safari.
Jadi Liners sudah tahu kan mengenai sejarah Benteng Vredeburg, catatan sejarah dalam Museum Benteng Vredeburg, sampai pameran terbatas yang sedang diselenggarakan dan berbagai fakta menarik lainnya. Kalian yang penasaran bisa langsung kunjungi tempatnya di titik Nol Yogyakarta. Museum ini buka setiap hari kecuali hari libur nasional dari pukul 08.00-20.00 setiap Senin sampai Jumat dan pukul 08.00-22.00 setiap hari Jumat sampai Minggu. Pengalaman yang menarik di Benteng Vredeburg bisa kalian dapatkan dengan harga mulai dari 10 ribuan aja. Tempatnya sangat nyaman dan asri untuk dikunjungi membuat pengunjung betah berlama-lama. Tak hanya itu, museum Benteng Vredeburg juga memiliki pelayanan khusus untuk penyandang disabilitas, tamu negara, yatim-piatu, lanjut usia, masyarakat kurang mampu secara ekonomi dan yang ditetapkan menteri pendidikan, kebudayaan, riset, dan teknologi dengan memenuhi syarat dan ketentuan.
#alineammtc #museum #bentengvredeburg #sejarah #sejarahindonesia #wiratama
Tinggalkan Balasan