Sejak Jumat (15/4/22) #LetTheEarthBreathe ramai di jagat maya khusunya Twitter. Hal ini berkaitan dengan aksi protes para ilmuwan pada 6 April lalu terkait perubahan iklim yang terjadi pada bumi. Lebih dari 1.000 ilmuwan dari 26 negara melakukan protes setelah rilis laporan baru panel antar pemerintah tentang perubahan iklim. 

https://twitter.com/iamisIander/status/1513709035459076098

Ilmuwan Iklim NASA Peter Kalmus dan para ilmuwan lainnya bahkan tak kuasa memendung tangis kala berpidato tentang perubahan iklim yang sedang terjadi.

“Jadi kami di sini karena para ilmuwan sudah tidak didengarkan lagi, saya bersedia untuk mengambil risiko untuk planet yang indah ini. Kami sudah mencoba memperingatkan sejak beberapa dekade yang lalu bahwa kita berhadapan dengan bencana,” ujar Peter saat berpidato di depan kantor JPMorgan Chase, Los Angeles. 

Para ilmuwan juga mendesak perusahaan melakukan diventasi bahan bakar fosil (minyak, batu bara, dan gas). Berdasarkan laporan dari Intergovernment Panel on Climate Change (IPCC) emisi gas rumah kaca hanya dapat dimaksimalkan dalam kurun waktu kurang dari 3 tahun.

Ironinya dalam aksi yang bertujuan untuk mengasprirasi ancaman iklim dunia kepada perusahaan dan pemerintah, Peter dan beberapa rekannya ditahan pihak kepolisian. 

Aksi unjuk rasa yang dilakukan para ilmuwan mungkin memunculkan pertanyaan seberapa bahaya perubahan iklim pada dunia? Berikut perubahan suhu bumi, dari tahun 1990 sampai 2021:

Secara singkat, permukaan bumi terus menghangat secara signifikan dengan suhu global baru-baru ini menjadi yang terpanas dalam 2.000 tahun terakhir. Tidak hanya itu, dampak dari perubahan iklim yang sangat berpengaruh bagi bumi adalah es di kutub yang terus mencair sehingga menyebabkan kenaikan air laut. 

Lapisan es Greenland dan Antartika kehilangan sejumlah besar es di daratan sebagai akibat dari pemanasan global yang disebabkan oleh manusia.

Baca juga: Krisis Iklim? Kita Bisa Bantu!

Permukaan laut global meningkat sebagai akibat dari pemanasan global yang disebabkan oleh manusia, dengan tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya selama lebih dari 2.500 tahun terakhir.

Perubahan iklim global telah memiliki efek yang dapat dilihat pada lingkungan. Gletser telah menyusut, es di sungai dan danau pecah lebih awal, tumbuhan dan hewan telah bergeser dan pohon berbunga lebih cepat.

Efek yang diperkirakan para ilmuwan di masa lalu akan dihasilkan dari perubahan iklim global sekarang terjadi: hilangnya es laut, kenaikan permukaan laut yang dipercepat, dan gelombang panas yang lebih lama dan lebih intens.

Pada November tahun lalu, COP26 atau Konferensi Perubahan Iklim PBB menghasilkan keputusan lebih dari 100 negara atas nama “The Glasgow Pact” yang berencana untuk mengurangi batu bara, bahan bakar fosil terburuk untuk gas rumah kaca.


Penulis: Nabilah Dwi Auralea
Editor: Ricky Setianwar