(Dok. duniahalal.com)

Alinea- Hai Liners! Tidak terasa saat ini kita sudah memasuki hari-hari terakhir di bulan Ramadan, ya. Cepet banget! Setelah berpuasa sebulan penuh, seluruh umat Muslim di dunia akan menyambut datangnya Hari Raya Idul Fitri, terlebih Indonesia! Apalagi, negara kita adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, pasti dalam perayaannya sangat berkesan dan suka cita ya!

Nah, setiap negara pasti punya tradisi dan cara tersendiri dalam merayakan hari kemenangan ini.  Dan hal tersebut tentu berbeda-beda antar masyarakat satu dengan yang lainnya, antara negara yang satu dengan negara yang lainnya. Indonesia juga punya nih tradisi dan cara merayakan Idul Fitri, yang tentu cukup menarik dan memiliki keunikan tersendiri. Apa aja sih? Yuk simak ulasannya!

  • Baju Baru
(Dok. moneysmart.id)

“Baju baru alhamdulillah, tuk dipakai di hari raya, tak punya pun tak apa-apa, masih ada baju yang lama

Liners tentu tidak asing dengan penggalan lirik lagu di atas kan? Yap, lagu anak-anak era 90-an yang dibawakan Dhea Ananda ini merupakan gambaran bahwa hari raya di Indonesia identik dengan baju baru. Setiap mendekati Idul Fitri, pusat perbelanjaan selalu ramai pengunjung yang ingin membeli baju baru dan perlengkapan lainnya untuk menyambut datangnya hari raya. Anyaway, udah borong berapa baju?

Beberapa orang beranggapan bahwa dengan memakai baju baru saat hari raya merupakan simbol hari lebaran itu sendiri, yakni kembali fitri dan suci. Namun, kita tidak perlu memaksakan diri untuk membeli baju baru, sebab yang terpenting dari hari lebaran adalah tentang kesucian hati.

  • Malam Takbiran
(Dok. pegipegi.com)

Malam menjelang datangnya hari raya Idul Fitri dikenal dengan malam takbiran. Tradisi malam takbiran ini sudah menjadi kebiasaan di masyarakat. Pada umumnya, masyarakat akan turun ke jalan dan berpawai keliling mulai dari kampung-kampung hingga jalanan perkotaan, dengan mengagungkan asma Allah.

Lantunan takbir ini juga terdengar dari masjid-masjid dengan pengeras suara, yang menambah suasana makin kental akan datangnya hari raya Idul Fitri. Bahkan, di beberapa daerah juga diadakan lomba takbiran guna menyemarakkan hari raya dan menambah suasana semakin ramai dan meriah.

  • Mudik
(Dok. statik.tempo.co)

Kata “Mudik” sebenarnya berasal dari bahasa Jawa “mulih dhisik”, yang dalam bahasa Indonesia berarti “pulang dulu”. Istilah ini kemudian disadur menjadi bahasa nasional untuk mendeskripsikan kegiatan para perantau yang kembali ke kampung halamannya. Umumnya, mereka para perantau akan mulai mudik sekitar dua minggu hingga seminggu menjelang lebaran. Namun terdapat juga yang mudik beberapa hari setelah lebaran atau bahkan saat hari H.

Mudik ini merupakan momen yang tepat untuk melepas rindu akan keluarga dan sanak saudara di kampung halamannya.  Rasanya, tidak afdal jika merayakan Idul Fitri tidak bersama keluarga, orang tua, dan sanak saudara. Selain itu, mudik juga dimanfaatkan sebagai waktu liburan, karena biasanya Hari Raya Idul Fitri akan diiringi dengan libur panjang. Juga sebagai waktu untuk beristirahat dari kesibukan sehari-hari. Gimana, Liners mudik kan, tahun ini?

  • Ketupat
(Dok. goodnewsfromindonesia.id)

Masyarakat Indonesia tentu tidak asing dengan yang namanya ketupat. Umumnya, saat memasuki bulan puasa kita dapat menemui hiasan ketupan yang di pajang dimana-mana, seperti di mall, dan di pusat perbelanjaan. Bahkan, menjelang hari lebaran, banyak kartu ucapan Idul Fitri, parsel, dan lokasi publik yang menggunakan ikon ketupat. Liners tentu tau kan, apa itu ketupat? Ketupat merupakan anyaman daun kelapa yang diisi dengan beras, kemudian dimasak hingga menjadi nasi yang padat.

Nah, ketupat ini menjadi makanan yang selalu ada saat Idul Fitri. Biasanya, dipadukan dengan opor ayam, gulai, sambal goreng ati, dan menu khas lebaran lainnya. Konon katanya, ketupat memiliki filosofi tersendiri. Yakni, anyaman yang rumit sebagai cerminan dari  banyaknya kesalahan manusia di berbagai aspek kehidupan. Namun, rumitnya anyaman tersebut, akhirnya menjadi satu kesatuan,  sama seperti kesatuam umat Muslim di seluruh dunia saat Hari Raya Idul Fitri, serta kesucian hati yang terlihat dari ketupat yang dibelah dua dan terlihat warna putih nasi di dalamnya.

  • Sungkeman
Dok. pop.grid.id

Jika Liners merayakan lebaran di negara lain, Liners tidak akan menemukan budaya sungkeman. Karena budaya ini hanya ada di Indonesia! Sungkeman adalah tata krama seorang anak dalam memohon restu atau meminta maaf kepada kedua orang tua dengan cara duduk bersimpuh  lalu mencium punggung tangan kedua orang tuanya.

Hal ini juga sebagai bentuk penghormatan seorang anak terhadap orang yang lebih tua. Lebaran tanpa sungkem rasanya ibarat masakan tanpa garam. Untuk itu, dengan sungkeman ini masyarkat memanfaatkan momen lebaran untuk meminta maaf dan saling memaafkan.

  • Kue Lebaran
(Dok. gulalives.co)

Hari Raya Idul Fitri menjadi momen untuk bersilaturahim ke rumah sanak saudara dan tetangga, untuk meminta maaf dan saling memaafkan. Oleh karenanya, setiap orang mulai memenuhi rumahnya dengan berbagai sajian makanan untuk menjamu tamu atau keluarga yang berkunjung. Jika makanan berat identik dengan ketupat dan opor ayam, maka makanan ringan di hari raya identik dengan kue lebaran seperti kue nastar, kastengel keju, kue putri salju, dan lainnya.

  • THR alias Tunjangan Hari Raya
(Dok. course-net.com)

THR merupakan pendapatan non upah yang diberikan kepada pekerja atau karyawan mendekati Idul Fitri. Dengan adanya THR, mereka menjadi mempunyai uang lebih menjelang datangnya hari raya. Tidak hanya karyawan atau pekerja saja, umunya anak-anak juga mendapat THR lho, Liners!

Sudah menjadi tradisi bahwa anak-anak yang datang bersilaturahim ke rumah sanak saudara atau tetangga sekitar akan mendapat “pesangon” alias THR saat Idul Fitri ini. Nah ini kan, yang paling ditunggu-tunggu Liners saat hari raya? Hehe.

Nah, itu tadi 7 tradisi unik lebaran di Indonesia. Apa yang paling Liners rindukan nih, dari momen-momen lebaran dirumah? Gemas ya, makin pengen cepet pulang kampung! Hati-hati di jalan ya Liners! Salam untuk keluarga dirumah! (Razanti)