ALINEA – Label “negara agraris” yang tersemat pada Indonesia tentu bukan tanpa alasan. Bumi nusantara ini diberkahi dengan tanah yang subur, air hujan dan sinar matahari yang memadai, juga aneka sumber daya alam.
Namun, penyematan tersebut lazim dipertanyakan ketika negara terbesar ketiga di dunia dalam memproduksi padi ini rupanya masih rajin mengimpor beras selama 20 tahun terakhir.
Praktis, selama era Reformasi, Indonesia dengan lahan pertaniannya yang kaya, ditambah program food estate yang memakan berhektare-hektare lahan rupanya tak kuasa membebaskan negara dari impor makanan pokok rakyat Indonesia, yakni beras.
Penyebab Indonesia “Masih” Impor Beras
Pada awal tahun, Indonesia melalui Menteri Ekonomi Airlangga Hartarto mencetuskan rencana impor beras pada forum Rapat Kerja Kementerian Perdagangan 2021, Kamis (4/3). Rencana tersebut didukung oleh Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi.
Melansir Kompas, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menyebut impor beras harus dilakukan pemerintah untuk menjaga stok beras dan kestabilan harga.
Di sisi lain, Ekonom dari Insitute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira berujar, impor yang terjadi tiap tahun disebabkan oleh sengkarut data mengenai beras. Cadangan beras akan banyak terkuras guna menyalurkan bantuan sosial selama pandemi.
“BPS (Badan Pusat Statistik) menyatakan Maret-Mei 2021 merupakan masa panen raya, sehingga produksi gabah dan beras diproyeksi surplus,” kata Bhima (27/3).
Karenanya, menurut Bhima, data yang dikeluarkan BPS seolah-olah tidak dipercaya oleh kementerian terkait. Ia menuding pemerintah sengaja melakukan demikian untuk pemburu rente.
Baca juga: Rencana Pemerintah Bangun Kawasan Hijau Terbesar di Dunia
Daftar 5 Negara Eksportir Beras Terbanyak untuk Indonesia
Berikut daftar negara eksportir beras langganan Indonesia rentang tahun 2015 – 2020 menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS).
Myanmar
Di peringkat lima ada salah satu negara tetangga, yakni Myanmar yang sejak 2015 hingga 2020 sudah mengirim total sebanyak 349.262 ton beras untuk Indonesia. Sempat vakum mengekspor beras pada tahun 2005 – 2010, negara dengan penduduk 54 juta jiwa ini kembali melakukannya untuk Indonesia pada tahun 2011 (tercatat sejak tahun 2000).
Menurut data dari Federasi Beras Myanmar, negara republik ini telah melampaui target ekspor beras, yakni sebesar 2,5 juta ton pada fiskal terakhir 2019-2020.
India
Lebih dari 70 persen dari 1,25 miliar masyarakat India menggeluti bidang pertanian, maka tak heran bila negara ini menjadi eksportir beras. Dalam rentang 5 tahun tersebut, Negeri Bollywood ini sudah mengirim beras ke Indonesia sebanyak 459.085 ton.
Melansir CNBC Indonesia, ketika impor beras yang dilakukan Indonesia melonjak hingga 232% pada Maret 2021, India mengekspor paling banyak, yakni 19,93 ribu ton dengan nilai USD 7,61 juta.
Pakistan
Pakistan berada di deretan tiga teratas dalam banyaknya ton beras yang diekspor ke Indonesia. Negara dengan populasi Islam terbanyak kedua di dunia ini telah mengirim hasil olahan gabah itu sebanyak 1.006.503 ton.
Pada tahun 2019-2020, Pakistan menjadi negara yang paling banyak diimpor berasnya oleh Indonesia, yakni masing-masing 182.565 dan 110.517 ton.
Thailand
Di posisi kedua ada Thailand yang telah mengekspor beras ke Indonesia sebanyak 1.731.051 ton. Dari tahun 2016 hingga 2018, Negeri Gajah Putih konsisten menjadi yang teratas dalam mengekspor berasnya ke Indonesia.
Dilansir dari Tirto, pada akhir Maret 2021 yang lalu, Indonesia menandatangani nota kesepahaman impor beras dari Thailand selama 4 tahun ke depan dengan total 4 juta ton beras. Langkah tersebut juga menjadi antisipasi pemerintah ketika banjir melanda, selain dampak yang diberikan oleh pandemi Covid-19.
Vietnam
Indonesia getol mengimpor beras dari Vietnam, terbanyak dari rentang tahun 2015 hingga 2020. Republik Sosialis ini total telah mengimpor beras ke Indonesia sebanyak 1.980.581 ton.
Dampak Impor Beras bagi Petani
Keputusan pemerintah pada awal tahun untuk melanjutkan tren impor beras tentu tak lepas dari polemik. Kebijakan tersebut dinilai akan menggerus harga gabah petani, apalagi jika dilakukan saat petani panen raya.
Menurut Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) dan Gerakan Petani Nusantara (GPN) stok beras nasional sedang pada puncaknya. Impor beras tidak dapat dibenarkan karena tidak ditemukan terjadinya gangguan produksi seperti serangan hama atau bencana banjir, khususnya di Pulau Jawa.
Ketika banjir melanda dan menyebabkan kualitas beras turun bersamaan dengan harganya, KRKP beranggapan yang dibutuhkan petani jelas bukan impor, namun kepastian harga serta dukungan dalam bentuk mesin pengeringan.
KKRP mengkhawatirkan pemerintah yang tidak mampu belajar dari situasi pandemi, ketika negara-negara lain berlomba memperbaiki sistem pangan, Indonesia sebagai negara agraris justru berlaku sebaliknya.
Baca juga: Ekonomi Indonesia Naik 7,07%, Tertinggi Sejak 2004!
Pada Mei 2021, Direktur Utama Perum Bulog Budi Wasseso memberi angin segar untuk para petani dengan memastikan Indonesia tidak akan mengimpor beras hingga akhir tahun 2021. Kebutuhan beras atau Cadangan Beras Pemerintah (CBP) sudah terpenuhi, ujarnya.
Melalui rilis pers dalam situs resmi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Anggota Komisi IV DPR RI Andi Akmal mencatat pada tahun 2021 Indonesia telah mengimpor beras sebanyak 41,6 ribu ton, dari India, Vietnam, Thailand, dan Pakistan.
Leave a Reply