Bantul, DIY – TPST (Tempat Pembuangan Sampah Terpadu) di Piyungan, Bantul, saat ini “masih” alami kelebihan kapasitas hingga 600 – 700 ton sampah per harinya. Permasalahan ini sudah dimulai sejak 2012, namun sampai saat ini warga sekitar masih mengeluhkan hal yang sama, yaitu ketidaknyamanan.
“Masyarakat mengeluhkan limbah yang selama ini tidak diolah hanya diurai. Lalu parit sisi timur TPST yang tidak ada saringannya sehingga menumpuk kotorannya,” ujar Lilik Purwoko, staf Lurah Situmulyo, Kecamatan Piyungan yang dilansir dari suaramerdeka.com.
Aktivis Lingkungan dan Founder Low Waste for Beginners, Ayu, mengatakan bahwa ada tiga sektor yang memiliki andil dalam penanganan masalah ini, yakni pemerintah, swasta, dan masyarakat.
“Di good governance itu ada tiga subjek yang harus berkoordinasi, pertama pemerintah yang perlu mengeluarkan peraturan pengurangan sampah (penggunaan plastik), yang kedua dari masyarakat harus lebih peka untuk mengurangi sampah yang mereka produksi sendiri, dan yang ketiga dari swasta untuk menerapkan aturan dari pemerintah dan membantu masyarakat untuk mengurangi plastik sekali pakai,” ujar eks mahasiswa UGM tersebut ketika dihubungi pada hari Kamis, 17 September 2020.
Ayu mengatakan bahwa tiga sektor tersebut harus berkoordinasi satu sama lain sehingga pengurangan sampah yang ada di Yogyakarta dapat berjalan dengan optimal.
Dikutip dari Media Indonesia, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan DIY, Sutarto, mengatakan bahwa kawasan yang tengah ditata menjadi kawasan hijau ini masih bisa digunakan dua tahun ke depan.
Sementara itu, Pemda DIY tahun ini telah menganggarkan Rp10,7 miliar untuk pembangunan sarana dan pra sarana TPST Piyungan yang diproyeksikan selesai pada Desember 2020.
(Ricky Setianwar)
Leave a Reply