ALINEA – Penghujung tahun tiba, umat Kristiani di seluruh dunia tengah bersiap untuk mendendangkan Jingle Bells, O Holy Night, hingga We Wish You a Merry Christmas untuk menyambut kelahiran Yesus dua milenium yang lalu.

Nyanyian-nyanyian yang kerap bergema di sepanjang bulan Desember hingga puncaknya pada tanggal 25 tersebut, juga ditemani oleh gemerlap yang terhias melalui ornamen-ornamen di pohon cemara; pohon yang menjadi simbol natalitas Sang Juruselamat bagi orang-orang Kristen.

Boy Beside Christmas Tree Illustration
Dok. Pexels/Jeswin Thomas

Ketika beberapa pohon lain melemah saat salju menerpa, pohon cemara tetap berdiri “kokoh”. Tak hanya pada musim dingin, nama terakhir juga “kuat” di segala musim.

Karena demikian, umat Kristiani meyakini bahwa pohon cemara yang menjadi simbol perayaan Natal ini melambangkan kehidupan yang kekal dan abadi.

Gagasan lain mengenai pohon cemara sebagai simbol adalah terdapat legenda yang menyatakan bahwa pohon cemara tumbuh dari pohon ek yang tumbang.

Pohon tersebut ditebang biarawan Boniface karena ia melihat orang-orang Jerman saat itu melakukan pengorbanan di depan pohon ek; pohon yang disucikan kepada dewa Thor.

“Itu (pohon cemara) menjadi simbol Kristus — berbentuk segitiga yang melambangkan trinitas — dan dari situlah muncul gagasan bahwa pohon itu harus menjadi simbol Kristus dan kehidupan baru,” ujar Dr. Dominique Wilson dari University of Sydney via Tirto.


Penulis: Ricky Setianwar