Kelemahan Pemain Timnas Menurut Shin Tae-Yong

ALINEA – Pelatih timnas Indonesia Shin Tae-Yong menghadiri podcast atau siniar terbesar di Indonesia, yakni #CLOSETHEDOOR milik Deddy Cobuzier. Pada wawancara “santai” yang tayang pada Selasa, 11 Januari 2021 tersebut, Shin Tae-Yong ditanya soal kelemahan pemain timnas.

“Jadi tiga hal, pertama memang kurang mental profesionalnya, dan yang kedua masalah makan, dan yang ketiga weight training, jadi mereka sampai tidak tau kenapa pakai weight training,” kata Shin Tae-Yong (STY) via Jeong Seok Seo sebagai penerjemah.

Terlalu banyak karbohidrat dan rendah protein adalah pola makan yang STY maksudkan. Ia khawatir dengan pemain Indonesia yang tergoda dengan makanan manis dan gorengan, oleh karena itu ia sedang berusaha untuk mengubah pola makan tersebut.

Selain itu, Deddy pun sempat terheran mengapa weight training penting untuk pemain sepak bola. Menurut mantan pelatih timnas Korea Selatan tersebut, weight training sangat penting untuk menguatkan fisik ketika badan terkena benturan dengan pemain lain.

“Jadi sangat-sangat penting untuk weight training untuk menguatkan, ya, jadi maksudnya main bola, kan, pasti main body (mengadu badan), keras, ketabrak, kebentur gitu kalau enggak, kan, pasti kena cedera juga gampang. Jadi kalau misalkan kalah dari main body pasti kita enggak bisa keluarin kemampuan kita masing-masing gitu,” lanjut Jeong Seok Seo.

Setelah menanyakan kelemahan pemain timnas, Deddy juga menanyakan kelebihan dari pemain Timnas.

“Dari kemauan dan kerja kerasnya dari pemain memang sangat-sangat baik, tetapi karena ga ada power jadi tidak bisa mengeluarkan kemampuan dia sebenarnya, dan juga sangat-sangat penting organisasi main bolanya, jadi organisasi dulu harus baik baru bisa keluarin juga kemampuan mereka, tetapi kalo misalnya diajarin satu-satu, dilatih satu-satu pasti mereka ada kerja kerasnya jadi memang seperti menakjubkan gitu.”

Video ngobrol berdurasi 54 menit itu sudah tembus lebih dari 4 juta penonton pada hari pertama penayangan.


Penulis: Andika Pratami
Editor: Ricky Setianwar


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *