Alinea – Idul Fitri 1441 Hijriah tahun ini agak berbeda suasananya, umat muslim di Indonesia dilarang  beribadah sholat Idul Fitri di lapangan tetapi ibadah dari rumah. Sebagian masyarakat tidak bisa mudik dan terpaksa merayakan lebaran tanpa berkunjung ke rumah orang tua di kampung halaman atau keluarga yang ada di daerah lain.

Namun dengan adanya teknologi informasi yang biasa digunakan untuk belajar dan bekerja online, kali ini dimanfaatkan oleh keluarga  guna melakukan sungkeman dan silaturahmi secara virtual. Meskipun tangan tak bisa saling bersalaman, tetapi tatap muka virtual tak mengurangi makna lebaran.

Acara sungkeman dan silatumi virtual ini memang tidak bisa dipisahkan dengan momen Idul Fitri untuk saling mamaafkan. Pagi tadi sungkeman dilakukan oleh beberapa keluarga yang terpisah diberbagai daerah setelah selesai melaksanakan sholat Idul Fitri di rumah masing masing.

Acara sungkeman biasanya dimulai dengan memanjatkan doa syukur atas selesainya ibadah puasa Ramadhan, dengan harapan semoga Allah SWT merima amal ibadah selama bulan Ramadhan. Semoga kita termasuk golongan orang yang kembali kepada kesucian dan golonagn orang yang beruntung.

Foto dok.Nunuk Parwati saat acara sungkeman virtual ( Yogyakarta, Depok, Bogor )

Makna Sungkeman

Makna pertama dari tradisi sungkem adalah sebagai sarana yang dilakukan masyarakat Jawa untuk melatih kerendahan hati. Anak tertua akan meminta maaf terlebih dahulu pada ibu dan ayahnya kemudian diikuti adik-adik, keluarga mantu dan cucu beserta buyut.

Makna kedua dari sungkem yakni sebagai wujud terima kasih dari seorang anak atau orang yang lebih muda kepada orang yang lebih tua. Ungkapan terima kasih ini diwujudkan dengan gestur yang seakan patuh dan hormat kepada orang yang lebih tua.

Makna dari tradisi sungkem yang berikutnya yakni, wujud penyesalan dan permintaan maaf dari segala perbuatan buruk yang pernah dilakukan kepada orang tua. Sebuah hubungan antara orang yang lebih tua dengan yang lebih muda akan dapat diperbaiki dengan tradisi sungkeman.

Makna terakhir dari sungkeman adalah sebagai ritual penyadaran diri pada jiwa-jiwa anak muda yang sering lupa bagaimana seharusnya memperlakukan orang yang lebih tua.

Tradisi sungkem yang telah hadir di tengah kebudayaan masyarakat Indonesia ini tidak terlepas dari sejarah masa lalu. Dr. Umar Khayam (alm) seorang budayawan senior Universitas Gadjah Mada mengungkapkan bahwa sebenarnya tidak ada sejarah yang pasti mengenai awal mula dari tradisi sungkem ini.

Namun, yang diketahui secara pasti bahwa tradisi sungkem merupakan akulturasi atau percampuran dari budaya Jawa dengan agama Islam yang zaman dahulu telah banyak dilakukan oleh pemuka agama.

Foto dok.Esti D Surono Silaturahmi Trah Citrodijoyo.

Ada rasa haru dan gembira saat sungkeman dan silaturahmi virtual dengan orang tua dan keluarga dalam kondisi yang dipisahkan karena situasi pandemi covid 19.

Misalnya  silaturahmi yang diadakan oleh trah Citrojoyo hari Sabtu (23/5/2020) ini menjadi ajang saling melepas kerinduan diantara keluarga yang berada di Surabaya, Boyolali , Bandung, Serang dan Semarang.

Kegiatan serupa juga diselenggarakan oleh Trah Semangun yang memepertemukan keluarga dari Makasar, Balik Papan Kalimantan Timur, dan keluarga di Jawa  tengah seperti Gombng, Pati, Kudus, Solo dan Daerah Istimewa Yogyakarta.

Silaturahmi virtual ini telah membuat yang jauh menjadi dekat dan tetap bisa guyub rukun dalam situasi Idul Fitri di masa pandemi covid-19.