ALINEA – Cuaca ekstrem sedang melanda Indonesia akhir-akhir ini, mulai dari suhu udara yang terasa menyengat terutama pada siang sampai sore hari.
Ternyata kondisi tersebut tidak hanya terjadi di Indonesia saja, melainkan negara-negara lain di dunia.
Dikutip dari akun Instagram Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan bahwa terdapat 5 faktor penyebab cuaca ekstrem yang terjadi saat ini.
1. Dinamika Atmosfer Yang Tidak Biasa
Menurut BMKG, dinamika atmosfer yang tidak biasa menjadi salah satu penyebab Indonesia mengalami suhu panas dalam beberapa terakhir ini.
“Suhu panas ekstrem melanda negara-negara Asia sepekan terakhir. Indonesia tidak mengalami gelombang panas, tetapi suhu maksimum udara permukaan tergolong panas,” ujar Plt Deputi Bidang Klimatologi, Dodo Gunawan di Jakarta, Senin (24/4).
2. Terjadi Gelombang Panas di Wilayah Asia
BMKG menyebutkan bahwa suhu panas bulan April di wilayah Asia Selatan secara klimatologis dipengaruhi oleh gerak semu matahari. Lonjakan panas pada tahun 2023 adalah yang terparah.
3. Tren Pemanasan Global dan Perubahan Iklim
Tren pemanasan global dan perubahan iklim di dunia menyebabkan gelombang panas “heatwave” semakin berisiko berpeluang terjadi 30 kali lebih sering.
4. Dominasi Monsun Australia dan Musim Kemarau di Indonesia
Dominasi monsun Australia serta Indonesia yang memasuki musim kemarau menjadi penyebab lain cuaca ekstrem yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini.
5. Intesitas Maksimum Radiasi Matahari dan Kurangnya Tutupan Awan
Intesitas maksimum radiasi matahari pada kondisi cuaca cerah dan kurangnya tutupan awan juga menjadi penyebab cuaca ekstrem yang melanda Indonesia.
BMKG mencatat bahwa wilayah Ciputat, Tangerang Selatan menjadi daerah di Indonesia dengan suhu maksimum harian tertinggi pada Senin (17/4) yakni sebesar 37,2 derajat celsius.
Meskipun dilanda suhu maksimum harian yang tinggi, Indonesia tidak mengalami “heatwave“.
Negara Asia yang tercatat mengalami suhu ekstrem, yakni Bangladesh tepatnya di Kota Kumarhkali, Kustia dengan suhu 51,2 derajat celsius pada Senin (17/4).
BMKG memprediksi sejumlah wilayah di Indonesia mengalami musim kemarau yang menyebabkan adanya cuaca panas. Tak hanya itu, cuaca panas juga dipengaruhi oleh tingkat curah hujan yang turun selama musim kemarau dan diprediksi akan normal hingga lebih kering dari biasanya.
BMKG menghimbau kepada seluruh masyarakat dan institusi terkait untuk lebih siap dan antisipatif terhadap kemungkinan dampak pada musim kemarau. Terutama di wilayah yang mengalami sifat musim kemarau bawah normal atau lebih kering dari biasanya.
“Perlu aksi mitigasi secara komprehensif untuk mengantisipasi dampak musim kemarau yang diperkirakan akan jauh lebih kering dari tiga tahun terakhir,” ungkap Dwikorta Karnawati, Kepala BMKG.
Penulis : Aiko Putri Tanjaya
Editor : Indah Nur Shabrina
Baca Juga : Tips Travelling Murah di Jogja Ala Alinea!
Leave a Reply