5 Tempat Ini Bikin Kalian Bisa Berdo’a Sekaligus Cuci Mata!

Alinea – Howdy Liners! Gak kerasa ya, Paskah telah berlalu, sebelum semakin jauh, Alinea mau ngucapin Selamat Paskah bagi Liners yang merayakan! Bulan depan kita juga udah memasuki bulan Mei atau bulan Maria. Bagi umat Kristiani, bulan ini menjadi bulan penuh do’a dan biasanya tempat ziarah seperti Gua Maria akan lebih ramai dari biasanya.

Bukan berarti bagi Liners yang bukan Kristiani tidak boleh mendatangi Gua Maria untuk berdo’a sekaligus cuci mata ya, karena Gua Maria ini terbuka untuk umum kok dan yang paling penting gratis. Mungkin di antara kalian ada yang bingung, kok gua untuk berdo’a juga bisa untuk cuci mata sih? Eits, jangan salah! Zaman sekarang, ada banyak sekali Gua Maria yang semakin dipercantik.

Nah, Alinea mau sharing nih bagaimana pengalaman nya berkunjung ke salah satu Gua Maria yang unik. Penasaran? Langsung aja dibaca aja deh!

  • Candi Ganjuran
Candi Ganjuran pada malam hari (Dok. Jalancerita.com)

Nah, yang pertama Alinea mau bahas adalah Candi Ganjuran. Di sini, patung bunda Maria bukan berada di dalam gua, melainkan hanya  berada di ujung sehingga yang menonjol di sini adalah sebuah candi yang di dalamnya terdapat patung Yesus atau anak dari Maria yang sedang duduk dengan gaya Jawa. Kalau kalian mau kesini, lokasinya agak jauh dari hiruk pikuk Yogyakarta, sekitar 17 km di sebelah selatan kota, tepatnya di Jln. Ganjuran, Sumbermulyo, Bambanglipuro, Bantul, Yogyakarta. Dengan lokasi yang begitu hening, kalian bisa dengan khusyuk berdo’a secara pribadi dan intens. Oiya Liners, candi ini terlihat unik dan menarik karena arsitekturnya yang ada di satu kompleks bersama gereja ini memadukan arsitektur Eropa, Jawa, Hindu, serta Budha. Candi ini juga dipercaya bisa mengabulkan permohonan. Selain itu, bisa membawa kesembuhan. For your information nih, di sebelah barat Candi Ganjuran ada beberapa keran air yang biasanya digunakan untuk mencuci muka, tangan, dan kaki sebelum berdoa. Konon, air itu bisa membawa kesembuhan jika diminum mereka yang sedang sakit. Beberapa pengunjung biasanya membawa botol kosong untuk diisi air lalu dibawa pulang. Bagi yang memiliki keinginan, do’a novena dipercaya ampuh untuk mengabulkan keinginan. Sebagian besar pengunjung akan memulai novena malam Jumat pertama. Biasanya aktivitas rohani ini sangat menarik para peziarah dari luar kota.


Pancuran air suci, biasanya digunakan untuk membasuh wajah, tangan, dan kaki sebelum berdo’a dan naik candi (Dok. Yogyes.com)

Nah, bagi pengunjung dari luar kota dan tidak membawa kendaraan pribadi hingga harus menunggu kendaraan esok pagi atau mengalami kelelahan jangan khawatir, karena disini disediakan tempat menginap gratis di pendopo yang berada di kompleks Candi Ganjuran. Ada juga kamar mandi dengan air hangat bagi kalian yang lelah setelah seharian di perjalanan. Tidak hanya candi saja, tetapi juga terdapat gereja, yaitu Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran. Kalian bisa mengikuti misa di gereja ini. Oiya, sebelum kalian doa di candi ini, kalian bisa membeli lilin dan pernak-pernik rohani lainnya di dekat parkiran sebelum pintuk masuk. Pernak-pernik rohani juga bisa dibeli di dalam kompleks candi, tetapi jika malam sudah tutup. Untuk itu, Alinea sangat menyarankan kalian untuk datang saat malam hari. Selain karena hening, kalian juga tidak merasa panas, karena di pelataran candi tidak ada atap atau pohon yang dapat memayungi kalian.

  • Gua Maria Sendang Jatiningsih

Setelah tadi kita berada di sebelah selatan kota, kini saatnya kita menuju barat. Sekitar 17 km di barat Kota, tepatnya di Jl. Gatotkaca, Kulon, Sumberarum, Moyudan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Kalian bisa menemui Gua Maria yang tak kalah heningnya, Gua Maria Sendang Jatiningsih namanya.

Gemerisik dedaunan yang bergoyang tertiup angin seolah menjadi sambutan selamat datang bagi peziarah yang berkunjung ke Gua Maria Sendang Jatiningsih. Sesekali terdengar derik serangga dan kicau burung yang bersahut-sahutan. Semakin jauh masuk ke kompleks Gua Maria ini, Liners akan mendengar gemericik aliran sungai yang merdu. Semua bebunyian ini menjadi harmoni alam yang indah untuk mengiringimu beribadah.


Depan Gua Maria, pelataran untuk pengunjung berdoa (Dok. Kresnabayutour.com)

Sebelum dibangun menjadi Gua Maria, dulunya tempat ini bernama Sendang Pusung. Pusung sendiri merupakan singkatan dari kalimat bahasa Jawa “sing ngapusi busung” yang artinya siapa yang berbohong akan terkena tulah. Kemudian namanya diubah menjadi Sendang Jatiningsih yang berarti sumber air dari rahmat Tuhan yang mendatangkan kedamaian.

Sejak awal dibangun, Gua Maria Sendang Jatiningsih memang dikonsep terbuka dan menyatu dengan alam. Pohon-pohon jati berukuran besar dibiarkan terus tumbuh sehingga daunnya bisa memayungi umat yang berdoa di depan gua.

Di tempat ini, Liners bisa berdoa di bawah langit biru dan ditemani hembusan angin yang sejuk. Namun, yang paling menyenangkan dari semuanya adalah bunyi gemericik air yang mengalir tiada henti. Gua Maria Sendang Jatiningsih dibangun tepat di pinggir aliran Sungai Progo. Hal ini menjadikan kawasan Sendang Jatiningsih menjadi sejuk dan segar.

Gemericik air bukan menjadi pengganggu, justru menambah syahdu suasana. Namun, saat banjir tiba, suara gemericik akan berubah menjadi gemuruh yang sedikit menciutkan nyali. Namun, Liners tak perlu takut, sebab air yang berwarna cokelat pekat itu tak akan sampai ke kawasan Sendang.

Di tempat ini kalian akan menemukan ketenangan jiwa dan raga. Seperti layaknya Gua Maria pada umumnya, di tempat ini juga terdapat sebuah sendang atau mata air. Dulunya mata air ini terbuka, tetapi kini sudah ditutup dengan kaca dan airnya dialirkan melalui beberapa keran yang terpasang di dinding kapur.

Air yang mengalir ini diberi nama Tirta Wening Banyu Panguripan atau yang bermakna air bening pemberi kehidupan. Liners bisa membasuh wajah dan kaki di sumber air ini. Selain itu, banyak juga peziarah yang membawa pulang air suci ini sebagai oleh-oleh.

Kini, Gua Maria Sendang Jatiningsih semakin berbenah. Tempat ini dilengkapi dengan berbagai fasilitas penunjang untuk mempermudah aktivitas para peziarah. Fasilitas tersebut antara lain toilet, kios souvenir dan makanan, tempat parkir yang luas, aula St. Aloysius yang bisa digunakan untuk berbagai acara, kapel terbuka, serta pendopo.

Selain itu, di tempat ini juga dibangun penginapan yang bisa dijadikan tempat retret atau rekoleksi. Bagi Liners yang ingin berdoa rutin tiap bulannya, kalian bisa datang pada Malam Jumat pertama atau Kamis minggu pertama di tiap bulan jam tujuh malam. Selain itu juga bisa datang di hari Rabu (kecuali Rabu pertama di tiap bulan jam setengah enam petang). Kalau kesini, Alinea sarankan datang saat siang hari karena pemandangannya yang menyegarkan mata.

  • Gua Maria Sendangsono

Terletak di Semagung, Samagang, Banjaroyo, Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta, Gua Maria Sendangsono dapat ditempuh sepanjang 29 kilometer dari pusat kota. Saat pertama kali Alinea pergi kesana menggunakan mobil, jalan yang dilewati cukup menanjak dan menikung tajam dengan posisi jalan yang sempit dan sedikit terjal, mungkin sekarang keadaan jalannya sudah jauh lebih baik. Setelah parkir, Liners masih harus berjalan naik menuju Gua Maria dan disambut oleh para penjual pernak-pernik rohani maupun makanan di sepanjang jalan itu. Setelah sampai, peziarah disambut oleh keasrian yang menyatu dengan alam. Aliran sungai yang membelah tempat peziarahan serta pohon-pohon besar yang menaunginya menjadikan tempat ini sangat sejuk dan segar. Sebuah pohon sono atau angsana besar tumbuh dengan kokoh menaungi tempat ini. Akarnya mencengkeram tanah dengan kuat dan menjadi sumber mata air sendang.


Pelataran depan Gua Maria untuk pengunjung berdoa (Dok. Bonvoyagejogja.com)

Sebenarnya keberadaan pohon sono inilah yang menjadikan tempat ini diberi nama Sendangsono. Dulunya nih Liners, mata air di sini lebih dikenal dengan nama Sendang Semagung. Tempat ini menjadi peristirahatan dan persinggahan para Bikshu yang berjalan kaki dari Borobudur menuju Boro, begitu pula sebaliknya. Lantas pada tahun 1904, Pastur Van Lith datang ke tempat ini dan mengadakan pembabtisan bagi warga Kalibawang. Tempat ini pun akhirnya dikembangkan menjadi tempat peziarahan umat Katholik dan dikenal dengan nama Sendangsono. Berdoa di depan Gua Maria yang terletak di belakang pohon sono juga bisa menjadi pilihan untuk mencari ketenangan batin. Banyak orang yang memanjatkan doa dengan bersimpuh dan menyalakan lilin di depan gua ini. Liners juga bisa menuliskan permohonan atau curahan hati dalam secarik kertas, lalu memasukkannya dalam pot tempat pembakaran surat agar Tuhan menerimanya. For your information nih, patung Bunda Maria yang ada di kompleks ini didatangkan khusus dari Spanyol, lho!

Sendangsono memiliki perpaduan arsitektur khas Jawa dengan bangunan yang banyak memanfaatkan kayu dan bambu, serta fungsi bangunan yang efisien dan merupakan ciri arsitektur modern. Kompleks Sendangsono ini dirancang oleh Romo YB Mangun Widjaja PR, seorang pastur sekaligus arsitek kondang. Bahkan karya Romo Mangun ini sempat memperoleh penghargaan Aga Khan Award sebagai karya arsitektur yang akrab dengan lingkungan.


Suasana Gua Maria Sendangsono di bawah pohon sono yang kokoh (Dok. Visitingjogja.com)

Sayangnya untuk saat ini, Liners tidak dapat melihat sendang atau mata airnya secara langsung nih karena mata air ini telah ditutup dengan kotak kaca. Namun, jangan khawatir karena Liners masih dapat membasuh muka atau mengambil air ini melalui keran-keran kecil yang dialirkan langsung dari mata air. Air tersebut dapat dido’akan langsung di depan Gua Maria. Meskipun mata airnya tidak dapat dilihat secara langsung, tetapi Liners masih dapat menyaksikan pohon sono yang berdiri kokoh di atas mata air kok. Selain itu, Liners juga bisa berdo’a di bawah pohon tersebut sambil berlutut menghadap patung Bunda Maria yang dipersembahkan langsung oleh Ratu Spanyol saat itu. Dahulu, karena begitu beratnya patung Bunda Maria ini diangkat naik beramai-ramai dari bawah Desa Sentolo oleh umat Kalibawang. Wah, hebat ya Liners.

Memasuki kapel utama di kompleks ziarah ini, Liners bisa mengenang peristiwa pembaptisan yang terjadi lebih dari 100 tahun lampau melalui sebuah relief yang menggambarkan prosesi pembaptisan. Sementara itu, memasuki Kapel Bunda Maria dan Kapel Para Rasul, kalian akan mengingat perjuangan Bunda Maria dan 12 rasul pertama Kristus. Oiya, di sini juga dapat mengenang perjuangan salah satu warga penggerak komunitas Katholik Sendangsono di pemakaman di dekat Kapel Bunda Maria. Di sana kalian akan menemukan makam Barnabas Sarikromo yang merupakan sahabat baik Pastur Van Lith. Beliau juga merupakan salah satu warga yang dibaptis pada tahun 1904 dan ditetapkan sebagai katekis pertama di daerah tersebut. Jalan Salib Pendek bisa menjadi pilihan untuk mengenang kesengsaraan Kristus memanggul kayu salib. Liners dapat menyalakan lilin di setiap pemberhentian Jalan Salib sekaligus berdo’a dan mengingat peristiwa-peristiwa penting dalam perjalanan Kristus menuju Bukit Golgota.

Nah, bagi Liners yang beragama lain, kalian diperbolehkan lho untuk mengunjungi tempat ini dan duduk di pendopo kecil yang tersedia, untuk merenungi dan mensyukuri karunia Tuhan yang sudah diberikan. Selain itu juga tetap diperbolehkan kesini walaupun hanya untuk melihat-melihat dan menikmati keindahan arsitektur Sendangsono, dengan syarat wajib menjaga ketenangan tempat ini, ya!

  • Gua Maria Tritis Wonosari
Tempat pengunjung yang ingin berdoa di depan patung Bunda Maria
Patung Bunda Maria dan tempat untuk menaruh lilin
Salib Yesus dekat patung Bunda Maria
Penggambaran Yesus disalib bersama dengan dua penjahat di sebelah kiri dan kanan

Next, sekarang kita menuju Gua Maria yang lebih jauh lagi ya, Liners. Banyak orang bilang, semakin jauh suatu tempat, semakin banyak keindahan yang tidak kita duga yang bisa ditemukan, bukan? Nah, Gua Maria ini contohnya. Berada di Jalan Sapto Sari, Dusun Bulu, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta. Gua Maria Tritis Wonosari ini terletak 50 kilometer di selatan kota Yogyakarta, arah Pantai Baron, yang dapat ditempuh dalam waktu satu setengah jam.

Lelah di perjalanan terbayarkan begitu sampai di sini. Bunyi air yang beradu dengan batu karang dan air di penampungan menimbulkan aura kesunyian dan membentuk simfoni indah. Suasana damai dan meditatif pun tercipta, sangat cocok sebagai tempat untuk menenangkan diri. Ada beberapa gentong berukuran kecil dan sedang penuh dengan air yang sangat bening. Banyak orang berkerumum di sekitarnya untuk menikmati kesegarannya. Ada yang menggunakan untuk membasuh tangan dan wajah yang berkeringat setelah berjalan kaki cukup jauh. Ada yang memasukkan air itu ke dalam botol untuk dibawa pulang. Sementara di ujung, banyak orang duduk bersimpuh sembari memanjatkan doa dan puji-pujian kepada Sang Pencipta melalui perantaraan Bunda Maria. Ini baru sedikit gambaran tentang Gua Maria Tritis, Liners. Gua ini adalah sebuah oase batin di tengah, menurut banyak orang, ketandusan di perbukitan selatan Kabupaten Gunung Kidul. Gua Maria Tritis mulai dikenal umat Katolik sekitar tahun 1974. Mulanya, gua ini ditemukan oleh seorang siswa SD Sanjaya Giring. Penemuan ini kemudian dilaporkan kepada Romo Al. Hardjosudarmo SJ. Nah, gua yang tadinya angker, kini berubah menjadi tempat favorit para peziarah, lho! Keindahan gua yang berhiaskan stalagtit dan stalagmit berukuran besar dapat menjadi sarana untuk merenungkan betapa kecil dan lemahnya manusia di hadapan Sang Pencipta. Ada juga lorong-lorong kecil yang terdapat di beberapa tempat dalam gua ini. Sebuah patung Maria berukuran besar dengan gambaran Maria khusyuk berdoa ditempatkan di tengah gua. Nuansa alami dan sederhana gua ini juga tampak pada altar perjamuan kudus, yang terletak di samping patung Maria. Altar ini terbuat dari batu alam yang diambil dari lokasi gua. Tempat duduk pun sangat sederhana, beralaskan hamparan karpet yang mulai usang. Kesederhanaan ini sama sekali tidak mengurangi kekhusyukan umat yang sedang berdoa. Pada tahun 1978, dibangun sebuah jalan salib sederhana dengan diorama kisah sengsara Yesus. Secara khusus pada perhentian ke-12, yakni saat Yesus disalibkan, dibangun tiga buah salib yang menggambarkan Yesus disalib bersama 2 penjahat. Pembangunan terus berjalan. Kini, lokasi jalan salib semakin menantang para peziarah. Dari tempat parkir, para peziarah diajak untuk menyusuri bukit karang. Sebagian berbeton cor, sebagian lagi melewati jalan bebatuan. Tantangan ini untuk semakin mendekatkan para peziarah akan makna penderitaan. Jika tidak ingin melakukan jalan salib, terdapat jalur pendek menuju gua. Nah, jalur pendek ini juga sekaligus menjadi jalan keluar dari gua menuju parkiran.

Tidak bisa dipungkiri ya Liners, bahwa cuaca di Gunung Kidul, pada saat-saat tertentu terasa begitu panas. Pohon-pohon jati dan tanaman keras lain meranggas. Suasana gerah dapat menghantui para peziarah yang akan mengunjungi Gua Maria Tritis ini.namun, dulu saat aku SMP kesini, cuacanya berawan sehingga tidak begitu lelah.

Sekitar sini juga ada banyak masyakarakat yang berjualan hasil pertanian setempat, nih, misalnya pisang, kelapa muda, dll. Ada beberapa warung yang juga menyediakan kebutuhan benda-benda rohani bagi para peziarah. Oiya, selain gua alam yang alami dan asri, tempat ini juga memiliki keistimewaan lain yaitu berdekatan dengan obyek wisata pantai yang tersebar di sepanjang pantai selatan Gunung Kidul. Kedekatan jarak ini tentu akan menguntungkan. Para peziarah dapat berdoa di Gua Maria Tritis ini dan kemudian menghabiskan waktu bersama rombongan atau keluarga di pantai. Akses jalan menuju lokasi sangat mudah. Jalan yang mulus dan lebar menjadikan perjalanan semakin nyaman. Jadi, pantai mana nih yang mau kalian kunjungi setelah berdoa di sini?

  • Gua Maria Kerep Ambarawa
Penggambaran mukjizat pada pernikahan di Kana
Tempat pengunjung berdoa
Patung Bunda Maria raksasa

Last, Gua Maria yang membuatku paling berkesan, Gua Maria Kerep Ambarawa. Berada di Jalan Tentara Pelajar, RW 9, Kerep, Panjang, Ambarawa, Semarang, Jawa Tengah, Liners akan menempuh perjalanan sekitar 500 m dari Terminal Ambarawa. Gua ini didesain menyerupai Gua Maria Lourdes dan memiliki pelataran doa cukup luas, sehingga mampu menampung umat dalam jumlah banyak, diperkirakan dapat menampung sampai 100-an orang, belum termasuk pelataran yang memanjang di sebelah selatan Gua Maria dengan luas tiga sampai empat kali lipat. Berjalan ke arah timur Gua Maria, hadir sebuah kapel untuk tempat peribadatan. Selain itu, terdapat juga stasi (perhentian berupa prasasti atau monumen kecil) Jalan Salib untuk digunakan pengunjung yang ingin merenungkan sengsara Yesus Kristus. Terdapat dua jalur Jalan Salib. Masyarakat di sekitar sini menyebutnya Jalan Salib panjang dan Jalan Salib pendek. Jika disebut Jalan Salib pendek, berarti yang dimaksud adalah Jalan Salib yang stasi-stasinya berada di kompleks gua ini sendiri, sehingga jarak antar satu stasi dan stasi lainnya cukup berdekatan. Sedangkan Jalan Salib panjang, stasi pertamanya berada di halaman gereja Paroki St. Yusup Ambarawa lalu stasi-stasi berikutnya berderet sepanjang jalan kecil sejauh kira-kira 500-an meter yang melewati area persawahan dan rumah penduduk lalu berujung di areal gua.

Nah, yang semakin unik dan tidak dapat dijumpai di Gua Maria lainnya adalah terdapat diorama beberapa peristiwa yang terjadi di dalam Alkitab, seperti diorama Yesus melakukan mukjizat pada pernikahan di Kana, diorama pembaptisan oleh Yohanes Pembaptis, diorama Yesus menjala ikan bersama para murid, dan sebagainya. Diorama ini dapat membantu para peziarah memvisualisasikan dan menghayati peristiwa iman dalam kitab suci. Namun, segala fasilitas wisata rohani ini lantas tidak membuat Gua Maria ini menjadi tempat yang eksklusif ya Liners. Gua ini terbuka untuk umum, apalagi juga memiliki banyak spot menarik untuk menjadi santapan mata dan kamera kalian.

Ada satu hal nih yang ga boleh dilewatkan, yaitu kehadiran patung raksasa Maria Assumpta yang berdiri megah di sebelah barat areal Gua Maria Kerep Ambarawa. Patung ini memiliki ketinggian 42 meter dari dasar sampai puncak patung. Belum afdol rasanya jika udah jauh-jauh dateng dan ga punya foto patung raksasa ini. Oleh karena itu, setiap pengunjung yang hadir tidak akan melewatkan kesempatan mengambil gambar atau berfoto dengan latar patung Maria Assumpta ini. Saat berkunjung pada malam hari pun tidak perlu khawatir karena beberapa spotlight membantu pencahayaan ke arah patung ini sehingga tetap jelas terlihat. Waktu aku kesini, patung ini masih dalam tahap pembuatan.

Pemandangan lain yang ga kalah menarik adalah taman asri yang berada di sebelah tenggara areal gua ini. Berada di taman ini membuat suasana hati kalian akan lebih tenang dan damai. Pada beberapa titik terdapat diorama peristiwa kitab suci seperti yang udah aku kasih tau tadi yang kembali bisa jadi santapan empuk mata kamera kita.

Di sebelah luar halaman kapel gua, kalian bisa menemukan deretan toko penjual benda-benda rohani mulai dari rosario, salib, lilin, patung-patung keluarga kudus sampai kaos. Harga yang ditawarkan juga sangat bervariasi. Untuk rosario misalnya, tersedia mulai dari harga 10 ribuan sampai ratusan ribu. Yang berharga ratusan ribu itu adalah rosario besar yang biasa dijadikan pajangan di rumah.

Karena lokasinya yang jauh, kalian harus mulai perjalanan dari pagi ya untuk menghindari kemungkinan terjadinya macet dan semoga cuaca cerah ya jadi hasil foto kalian juga maksimal.

Itu tadi Liners, Gua Maria yang aku haruskan buat kalian kunjungi ya. Selain bisa mengirimkan doa-doa, kalian juga bisa sekaligus melakukan wisata religi. Kapan lagi kan dapet berkat di tempat indah dan gratis pula. Bonusnya lagi foto-foto yang bikin orang lain jadi pengen kesana juga hehehe… So, tunggu apalagi? Ajak keluarga kalian dan jangan lupa oleh-olehnya ya! Aku tunggu cerita kalian, ya! (Retri)


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *