Begini Kronologi Konflik Rusia versus Ukraina, Akankah Berakhir?

Yogyakarta – Isu konflik antara negara adidaya dengan negara yang masih satu wilayah pecahan yang sama dari Uni Soviet yang sekarang tengah berkonflik hebat yaitu antara negara Rusia dengan negara Ukraina.

Awal maret lalu, Rusia melancarkan operasi militer ke ibukota Ukraina, Kiev. Odessa, Kharkiv dan Mariupol. Perang tersebut dimulai dengan ledakan di kota-kota besar.

Hingga sekarang, banyak upaya-upaya kesepakatan damai yang dilakukan demi menghentikan konflik dan isu kritis di dua negara tersebut.

Lantas, bagaimana kronologi awal terjadinya konflik antara dua negara pecahan Uni Soviet ini?

Awal mula hubungan antara Rusia, Ukraina, dan NATO

Hubungan Rusia dan Ukraina mulai memanas saat Presiden Rusia, Vladimir Putin meradang usai Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy mengatakan kepada dunia bahwa Ukraina ingin bergabung dengan North Atlantic Treaty Organization (NATO) yang merupakan sebuah organisasi internasional terkait masalah dan penyelesaian konflik pertahanan di negara Atlantik Utara.

Organisasi ini pada awalnya sudah pernah menolak Rusia ketika ingin bergabung ke dalamnya yang alasan dari penolakan tersebut belum diketahui, namu ada alasan yang mengatakan bahwa NATO menolak Rusia karena tidak ingin Rusia menjadi negara yang mendominasi dari segi militer dan lainnya, yang kemudian dapat berakibat kepada menurunnya eksistensi Amerika Serikat sebagai negara yang kuat dan mendominasi.

Lalu apa yang menjadi alasan negara Ukraina untuk bergabung ke dalam NATO mengingat Rusia saja ditolak oleh NATO yang notabenenya negara yang kuat dan mengapa Rusia menyerang Ukraina ketika mendengar kabar bahwa Ukraina ingin bergabung dengan NATO?

Sebenarnya konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina yang menjadi isu hangat saat ini bukan merupakan hal pertama yang terjadi.

Rusia dan Ukraina sudah mulai berkonflik dari beberapa tahun belakangan, seperti pada sekitar tahun 2013-2014 di mana Rusia dituduh melakukan agresi militer ke wilayah Krimea di mana Rusia pada saat itu sayangnya juga tengah membantu upaya penyelesaian konflik domestik dari negara Ukraina yang mana adalah Krimea.

Konflik tersebut terjadi disebabkan oleh krisis politik di mana pemerintah Ukraina pada saat itu, Viktor Yanukovych membuat banyak kebijakan yang kontroversial sehingga membuat rakyat Ukraina marah. Karena hal tadi, rakyat Ukraina bersama-sama ingin melengserkan pemerintahannya dan ternyata berhasil, dari hal ini kemudian menimbulkan dua kubu berbeda di mana kubu satu pro terhadap Rusia dan kubu lain kontra terhadap Rusia.

Upaya Rusia dalam membantu penyelesaian konflik domestik di Krimea berakhir tragis. Rusia dalam hal ini berusaha keras untuk bisa menyelesaikan masalah tersebut dengan menurunkan pasukan militernya ke wilayah Krimea yang malah berakhir kepada tuduhan bahwa Rusia ingin menguasai Krimea.

Rusia yang merasa sangat kesal atas tuduhan itu langsung berbalik arah menyerang Krimea, balasan ini bukan hanya sekedar rasa kesal Rusia atas tuduhan itu namun juga karena ternyata wilayah Krimea ini adalah tempat yang sangat strategis untuk akses masuk dan aktivitas lain.

Konflik inilah yang kemudian menumbuhkan banyak masalah-masalah lain yang terjadi antara Rusia dan Ukraina yang berakar sampai saat ini.

Lalu bagaimana hubungan antara Rusia dengan NATO?

Rusia dulunya memang sangat tidak mau untuk ikut campur bahkan tidak pernah terpikir untuk bergabung dengan organisasi pertahanan ini. Rusia menolak untuk masuk ke dalam NATO karena alasan bahwa Rusia sangat tidak ingin untuk mempertontonkan rahasia militer mereka kepada dunia khususnya tentang nuklir.

Hal ini merupakan salah satu aturan tang ditolak oleh Rusia terkait transparansi terhadap hal militer bagi setiap anggota NATO. Rusia sampai saat ini juga memiliki hubungan yang sangat erat dengan China dalam berbagai hal, karena hal ini lah Rusia juga tidak ingin bergabung dengan NATO yang mana kita ketahui bahwa anggota NATO terdapat Amerika Serikat di mana antara Amerika dan China masih terus berkonflik.

Alasan lain adalah bahwa Rusia sudah tergabung dalam organisasi pertahanan keamanan kolektif (CSTO) yang apabila Rusia bergabung dengan NATO, maka otomatis Rusia akan keluar dari CSTO.

Namun, dari beberapa alasan tadi Rusia pernah dengan senang hati mencoba bergabung ke dalam NATO, tapi apa daya justru ditolak mentah-mentah oleh NATO sendiri.

Jika mengingat kembali, hubungan antara Rusia dan NATO memang sudah tidak harmonis lagi mengingat alasan-alasan tidak inginnya Rusia untuk masuk ke dalam NATO. Lalu mengapa Ukraina secara tiba-tiba ingin bergabung dengan NATO, padahal sudah berada di bawah perlindungan dari Rusia bahkan dulunya sudah pernah dibantu oleh Rusia.

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy secara mengejutkan mengatakan bahwa Ukraina ingin bergabung dengan NATO pada Februari 2022.

Hal itu tentunya secara tidak langsung menjadi sinyal berbahaya untuk Ukraina mengingat bahwa Rusia sangat anti dengan NATO dan tidak menginginkan negara Ukraina dan sekitarnya untuk tidak bergabung dengan NATO karena dapat merusak perdamaian negara.

Penyebab pecahnya konflik antara Rusia – Ukraina

Fokus utama dalam pecahnya konflik antara Rusia dan Ukraina pada 24 Februari 2022 tidak lain seperti yang sudah diketahui adalah karena keinginan Volodymyr Zelenskyy agar Ukraina bergabung ke dalam NATO.

Keinginan Zelenskyy untuk Ukraina bergabung dengan NATO tidak lepas dari iming-iming keuntungan apabila Ukraina bergabung. Jika Ukraina bergabung maka akan mendapatkan keuntungan yang besar dan akan berada serta dibantu oleh semua negara anggota NATO apabila terjadi konflik yang melibatkan militer dan pertahanan negara. Iming-iming ini dikatakan diberikan oleh Amerika Serikat kepada Ukraina ketika pertemuan antara pejabat tinggi negara masing-masing.

Keinginan bergabungnya Ukraina dalam NATO ternyata bukan salah satu fokus utama yang menjadikannya Ukraina diserang oleh Rusia melainkan ada banyak faktor yang mendasarinya bahkan terdapat satu faktor menarik di dalamnya.

Isu Permintaan Perlindungan dari Separatis Rusia

Adanya permintaan perlindungan dari diskriminasi yang dirasakan oleh para kelompok separatis Rusia di wilayah Timur Ukraina menjadi satu dari beberapa fokus dalam pecahnya konflik Rusia – Ukraina.

Vladimir Putin mengatakan bahwa etnis mereka sudah didiskriminasi dan diperlakukan di wilayah mereka yang kemudian meminta perlindungan dan bantuan dari Rusia untuk menyelesaikan isu diskriminasi tadi. Para separatis ini kemudian meminta pengakuan kemerdekaan atas wilayah mereka yaitu Donetsk dan Luhansk.

Kemudian Rusia pada saat itu langsung mengakui bahwa wilayah Donetsk dan Luhansk sudah merdeka dari kekuasaan Ukraina mengingat dulunya masih merupakan wilayah Ukraina.

Hal itu lah yang kemudian menjadi salah satu alasan Rusia untuk melakukan serangan kepada Ukraina untuk segera mengakui kemerdekaan wilayah tersebut dan Rusia sekaligus membantu melindungi para separatisnya dari diskriminasi.

Isu Kerjasama Pipa Gas Alam Jerman – Rusia

Isu ini menjadi fokus yang menarik dalam konflik Rusia – Ukraina karena jika ditelusuri bukan hanya Ukraina saja yang menjadi faktornya melainkan secara mengejutkan datang dari Jerman di mana antara Jerman dan Rusia pada saat itu juga sedang melakukan kerjasama di bidang gas alam yang di namakan dengan kerjasama Nord Stream 2.

Kerjasama ini sudah sangat matang dan sudah siap untuk dilaksanakan, akan tetapi Amerika Serikat tidak ingin kerjasama pipa gas alam ini sampai terlaksana karena tidak ingin Jerman menjadi tergantung dengan Rusia untuk urusan perdagangan dan tidak ingin kehilangan kendali atas perdagangan tersebut.

Amerika cenderung tidak menginginkan Jerman dan Rusia menjadi mitra bisnis yang kemudian dapat melepaskan Jerman dari lingkaran perdagangan dengan Amerika.

Kerjasama Nord Stream 2 ingin digagalkan oleh Amerika dengan cara menambah isu baru yaitu menitikkan isu tersebut kepada Ukraina yang ingin bergabung dalam NATO dan hal ini terbukti berhasil menggagalkan kerjasama Nord Stream 2 antara Jerman dan Rusia karena akibat dari invasi Rusia ke Ukraina sudah membuatnya menjadi ‘negara yang jahat dan melanggar hukum internasional serta membahayakan dunia’.

Hal inilah yang kemudian membuat kerjasama pipa gas alam itu batal dan Rusia mendapatkan banyak sanksi dari berbagai negara.

Kembali lagi, jika NATO sampai mendirikan pangkalan militernya di wilayah Timur, maka dapat dikatakan akan membuat pertahanan dan perdamaian di wilayah tersebut menjadi membahayakan, oleh karena itu Rusia tidak ingin NATO dan negara di Timur untuk bergabung dan ada di wilayahnya.

Namun, terlepas dari apa alasan terjadinya konflik Rusia – Ukraina yang sampai saat ini belum mendapatkan titik terang, kita sebaiknya tidak terlalu ikut campur dan menginginkan yang terbaik untuk penyelesaiannya karena alasan terjadinya konflik atau perang belum tentu benar-benar seperti apa yang dikatakan atau yang menjadikanya faktor pecahnya konflik tersebut, bisa jadi asumsi kita benar ataupun sebaliknya.

Alinea/Kontributor Pontianak, Aurora Saubil Navira


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *