Bosch percaya konektivitas adalah masa depan pabrik

Siaran Pers

Stuttgart, Jerman – Krisis memperlihatkan kelemahan. Pandemi virus korona menunjukkan pentingnya manufaktur dan logistik yang terhubung. Internet of Things (IoT) membantu pelaku usaha manufaktur untuk bereaksi secara lebih fleksibel terhadap disrupsi.

Hal ini karena pemanfaatan dan kondisi dari setiap mesin dapat dilacak secara langsung dan transparannya rantai pasokan. “Terlebih dalam situasi seperti krisis sekarang ini, konektivitas menjadikan perusahaan lebih tangguh dan mampu menjaga kinerja tetap stabil.” ujar Rolf Najork, anggota dewan manajemen Bosch yang bertanggung jawab terhadap teknologi industri. 

Pabrik masa depan.
Sumber foto : dok. RnR Public Relation

Sebagai contoh, ketika kehadiran fisik tidak leluasa dijalankan lantaran adanya risiko terinfeksi virus, serah terima pekerjaan antarsif dapat dilakukan secara digital. Digitalisasi memungkinkan pemantauan dan pemeliharaan sistem dan mesin dari jarak jauh, tanpa perlu keberadaan teknisi di lokasi. Perangkat lunak cerdas mampu melacak barang dan pengiriman, serta memastikan stok, dari lokasi mana pun. Semua itu bisa terwujud berkat industri 4.0. Solusi terhubung membantu proses manufaktur dan logistik menjadi lebih mudah, lebih efisien, dan lebih fleksibel – juga lebih tangguh.

Sebagai pionir IoT, Bosch telah mengimplementasikan konektivitas ke dalam proses manufaktur dan logistiknya mulai 2012. Baik di pabrik sendiri maupun milik konsumennya. Hasilnya, pada 2019, lewat solusi terhubung untuk manufaktur dan logistik. Bosch berhasil membukukan penjualan hingga lebih dari 750 juta euro – naik 25 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Unit daya kompak dengan tingkat kebisingan yang rendah: langkah kecil menuju perubahan besar 

Industri 4.0 di Bosch.
Sumber foto : dok. RnR Public Relation

Istilah industri 4.0 sudah tidak asing lagi sejak inisiatif peta jalan “Making Indonesia 4.0” diperkenalkan dan sangat didorong oleh Presiden Joko Widodo. Meski demikian, tantangan yang dihadapi oleh banyak pelaku industri. Seperti kurangnya ruang instalasi, hambatan keahlian untuk mengintegrasikan sistem yang ada dengan unit cerdas baru, dan masih banyak lagi. Hal ini menjadi penghalang untuk implementasi solusi cerdas industri 4.0.

Namun, permintaan sistem cerdas guna meningkatkan produktivitas dan produksi tetap ada. Di era industri 4.0, sangkaan umum bahwa mesin hidraulis berukuran besar, membutuhkan konsumsi energi yang besar dan memakan tempat, biasanya muncul lantaran belum menggunakan teknologi yang cerdas.

Faktanya, pertukaran informasi dan jaringan mesin yang aman adalah tantangan utama bagi produsen mesin dan sistem, seperti produsen press machine. “Secara khusus, teknologi pembentuk (forming technology) bisa lebih hemat biaya, lebih cepat dan lebih intuitif melalui IoT,” kata Hasbi Lubis, Direktur Bosch Rexroth Indonesia.

“Unit daya hidraulis CytroBox yang baru mengoptimalkan produksi dengan penghematan 60% pada penggunaan energi, memiliki tingkat kebisingan rendah, plug and play – tanpa perlu instalasi khusus, dan terhubung (IoT ready) sehingga memungkinkan produsen press machine untuk beroperasi dengan lebih ekonomis,” tambah Hasbi. CytroBox dari Bosch Rexroth telah diperkenalkan di berbagai acara di Indonesia dan ASEAN. Baru-baru ini juga diperkenalkan pada sesi webinar hidraulis dengan mengundang pakar global.

Industri 4.0 meningkatkan produktivitas di pabrik

Platform Automasi Baru ctrlX AUTOMATION.
Sumber foto : RnR Public Relation

Di pabrik masa depan, satu-satunya yang statis dan tetap hanyalah lantai, dinding, ataupun plafon bangunan. Pabrik masa depan terus meregenerasi diri sesuai kebutuhan; selaras dengan visi tata kelola manufaktur yang mampu menghasilkan ribuan produk dan varian yang berbeda, bahkan hingga kapasitas kloter produksinya, tanpa perlu bongkar pasang komponen yang mahal.

Itulah sebabnya Bosch berkomitmen pada konektivitas. Berbagai proyek di ranah ini mendorong kemajuan dan memberikan manfaat yang terukur. Dengan bantuan industri 4.0, produktivitas di setiap lokasi pabrik bisa meningkat hingga 25 persen. “Konektivitas sangatlah penting bagi pelaku usaha manapun untuk dapat tetap bersaing. Industri 4.0 adalah peluang karena menawarkan potensi yang sangat besar,” imbuh Najork.

“Kami tidak hanya meningkatkan produktivitas di pabrik, tetapi juga memungkinkan pelaku usaha untuk merespon perubahan dengan cepat dan tepat.” Contohnya di Bosch, adanya transisi industri otomotif menandakan adanya tantangan biaya pada divisi powertrain, tak terkecuali tekanan untuk beradaptasi.

Dengan alasan inilah, divisi ini akan menginvestasikan sekitar 500 juta euro untuk digitalisasi secara komprehensif dan menambahkan solusi terhubung ke dalam operasional manufakturnya selama beberapa tahun ke depan.

Ekspektasi penghematannya mencapai dua kali lipat sekitar 1 miliar euro pada 2025 mendatang. Penggunaan kecerdasan buatan (AI) diharapkan semakin mendorong produktivitas. Fokusnya adalah pada solusi berbasis AI untuk pemeliharaan mesin secara prediktif, jaminan kualitas, dan peningkatan proses produksi.

Sebagai contoh, AI digunakan dalam wafer fab yang sangat kompleks – seperti pabrik Bosch di Reutlingen – untuk penjadwalan produksi yang terperinci, penghematan waktu dan biaya karena pengaturan wafer membutuhkan lebih dari 500 langkah pemrosesan. Ini berarti throughput wafer berlangsung 5 persen lebih cepat, dan waktu balik modal hanya tiga bulan.

Menyeimbangkan faktor ekonomi dan ekologi melalui solusi terhubung

Manufacture#LikeABosch.
Sumber foto : dok. RnR Public Relation

Sebagai perusahaan IoT terkemuka, Bosch memiliki semua kompetensi kunci yang diperlukan untuk membangun industri 4.0. Portofolio produk dan layanannya mencakup perangkat lunak untuk pemeliharaan, pemantauan, dan logistik, serta sistem robotika untuk pembuatan dan transportasi, solusi retrofit untuk alat berat, juga sistem bantuan untuk operator alat berat.

Kini Bosch meluncurkan teknologi berbasis perangkat lunak yang bisa dikendalikan melalui jaringan 5G dan terbuka untuk aplikasi pihak ketiga. ctrlX Automation menandai berakhirnya solusi terisolasi di pabrik.

Menampilkan lebih dari 30 protokol data, platform automasi Bosch Rexroth yang terbaru akan menjadi pusat kendali pabrik di masa depan. Melalui “Nexeed Industrial Application System” yang disempurnakan, Bosch Connected Industry menawarkan lebih dari sekadar “toko aplikasi” untuk manufaktur dan logistik.

Berbagai aplikasi perangkat lunak dapat dipesan, digunakan, dan dikombinasikan satu sama lain sesuai kebutuhan. Seluruh data mesin tersedia dalam format yang jelas dan standar sehingga memastikan peningkatan transparansi dan efisiensi di pabrik. Contoh utama tentang bagaimana menyelaraskan ekonomi dan ekologi adalah lewat Bosch Energy Platform. Setelah mesin terhubung, konsumsi daya dapat dilacak, dianalisis, dan dikendalikan. Hasilnya, pabrik menjadi lebih ekonomis, membutuhkan lebih sedikit energi, dan lebih sedikit memancarkan CO2. Solusi terhubung akan memainkan peran utama dalam pembentukan iklim manufaktur yang netral.

Manufacture#LikeABosch – IoT memperluas batas kemungkinan

Bosch tengah mengembangkan pabrik masa depan. Dalam upaya ini, perusahaan mengandalkan industri 4.0. Setelah menguji dan memvalidasi produk secara internal (termasuk menggunakannya untuk kebutuhan pabrik sendiri), Bosch akan memasarkannya ke perusahaan lain.

Jajaran solusi meliputi perangkat lunak untuk manufaktur dan logistik, robot-robot yang membuat dan mengirim suku cadang, hingga sistem bantuan di tempat kerja.

Dalam proses pengembangannya, Bosch memiliki prinsip yang jelas: bahwa produk dan solusi harus cepat beradaptasi untuk pekerjaan apapun, serta dapat digunakan secara intuitif, terbuka dan kompatibel dengan aplikasi pihak ketiga, serta mampu berfungsi secara efisien juga ekonomis.

Manufacture#LikeABosch berarti: keberhasilan bisnis, fleksibilitas teknologi, keberlanjutan ekologis, dan solusi terhubung yang pintar. Kampanye ini menggunakan pendekatan baru tentang bagaimana Bosch menyiapkan pabrik untuk siap mengimplementasikan industri 4.0.

Tentang Bosch di Indonesia

Bosch telah hadir di Indonesia sejak 1919. Pada Mei 2008, Grup Bosch mendirikan anak usahanya, PT Robert Bosch, di Jakarta dengan lokasi kantor cabang di Surabaya, Medan, Balikpapan, Semarang dan Bali. Pada 2018, Bosch mencatatkan penjualan terkonsolidasi sebesar 1,6 triliun rupiah (96 juta euro). Di Indonesia, perusahaan mempekerjakan lebih dari 200 karyawan.

Bosch di Indonesia menyediakan berbagai macam produk dan solusi teknologi termasuk komponen, alat diagnostik dan perlengkapan otomotif, solusi hidrolik drive and control, peralatan rumah tangga, power tools, teknologi bangunan, serta solusi pemanasan. Informasi lebih lanjut dapat diakses melalui www.bosch.co.id, www.mendukung.bosch.co.id dan https://www.facebook.com/BoschID.


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *