ALINEA – Tanaman yang sedang di cari – cari oleh masyarakat ini rupanya tumbuh liar di Lampung Tengah. Dilansir dari Wikipedia, Keladi merupakan sekelompok tumbuhan dari genus Caladium (suku Talas-talasan, Araceae).
Dalam bahasa sehari-hari Keladi kerap juga dipakai untuk menyebut beberapa tumbuhan lain yang masih sekerabat namun tidak termasuk Caladium, seperti Talas (Colocasia). Keladi sejati jarang membentuk umbi yang membesar. Asal tumbuhan ini dari hutan Brazil namun sekarang tersebar ke berbagai penjuru dunia.
Penciri yang paling khas dari Keladi adalah bentuk daunnya yang seperti simbol hati/jantung. Umumnya, tanaman ini memiliki daun yang licin karena mengandung lapisan lilin. Ukuran Keladi tidak pernah lebih daripada 1m. Beberapa jenis dan hibridanya dipakai sebagai tanaman hias pekarangan.
Tanaman ini mendadak viral setelah salah seorang TikTokers asal luar negeri mengunggah konten yang membahas tentang tanaman Keladi. Dalam unggahannya tersebut, disebutkan bahwa harga Keladi di luar negeri dapat mencapai puluhan juta rupiah.
Seperti yang telah disebutkan di awal, tanaman Keladi yang sedang viral ini rupanya tumbuh liar di Lampung Tengah. Saat saya meninjau ke lokasi, tanaman ini memang dapat dengan mudah ditemukan, utamanya di lahan – lahan kosong pada perkebunan kelapa sawit.
Awalnya dianggap hama, dibuang dan tidak dicintai. Sekarang warga mulai ‘melirik’ tanaman ini
Warga mengaku awalnya bunga ini justru dianggap hama karena tumbuh liar di kebun kelapa sawit mereka, tumbuhan ini disemprot racun tanaman, dibuang dan tidak dicintai oleh masyarakat.
Narasumber yang saya wawancarai, Juwita K.S. pemilik kebun kelapa sawit di Selagai Lingga yang saya datangi mengatakan, tumbuhan ini tidak menarik perhatian warga karena jumlahnya yang memang banyak.
”biasa aja, banyak itu tumbuh penuh disela sawit sawit….”
Namun setelah kabar viral sampai di telinga mereka, bahwa tanaman ini sedang dicari bahkan mencapai harga jutaan rupiah, wargapun mulai ‘melirik’ tanaman ini. Mereka memindahkannya kedalam pot – pot tanaman dan memajangnya di halaman rumah.
“Nah itu sekarang ibu – ibu suka datang ngambilin, ditaro dirumahnya….”
Saat di perjalanan pulang maupun pergi ke lokasi, memang beberapa kali saya berjumpa dengan warga yang terlihat sedang membawa tanaman ini di motornya.
Baca juga : Australia Klaim Pulau Pasir NTT Sebagai Pulau Miliknya!
Penulis : Febyy Diah
Editor : Andika Syafitri Pratami
Tinggalkan Balasan