Panggung utama Street Food 2019. (Dok. Alinea/Maria Nanda)

Magelang – Siwur Karang Production merupakan wadah perkumpulan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) berbadan hukum dibawah bendera pemuda Islam Indonesia yang beranggotakan 300 UMKM se-Kota Magelang. Edukasi dilaksanakan rutin bagi anggota setiap bulannya.

Magelang Food Street (MFS) dijadikan cara untuk mengedukasi kepada anggota UMKM dalam hal berbisnis. Hasil riset yang dilakukan Ketua Project MFS Erlangga Nur Patria, anggota UMKM tersebut rata-rata seorang pedagang berpenghasilan menengah. MSF juga dijadikan tempat para pedagang menunjukan produk yang disajikan agar lebih menarik.

Acara ini telah dibuka mulai tanggal 8 hingga 10 Maret 2019, pada jam 09.00-22.00 WIB di Museum BPK RI Magelang. Selain menyajikan 40 stand kuliner, MFS dilengkapi dengan berbagai kegiatan seperti live musik, workshop, dan perlombaan. Perbedaan Magelang Food Street dengan kuliner lainnya terletak pada konten yang menarik.

Sebelum acara dilaksanakan, pihak MSF memberikan pelatihan seperti kebersihan dan cara saji cepat jika banyak pelanggan. Para pedagang yang membuka stand di acara tersebut dikenakan biaya minimum, Pihak panitia mengaku bahwa acara ini bukan menggunakan sistem profit tetapi edukasi. Tujuan lain dari MFS mempersatukan berbagai komunitas yang ada di Magelang.

Erlangga menambahkan, MFS merupakan kegiatan pertama di Magelang yang harapan kedepannya akan menjadi acara tahunan. Agar setiap masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang tahu bahwa adanya wadah bagi mereka.

“harapannya juga merangsang pedagang yang biasanya dodolan saksake (berjualan seenaknya) bisa lebih baik produksinya. Supaya menjadi makanan sehat, iconic, dan tidak mahal” tambahnya, Sabtu (9/3/2019).

Para pedagang yang membuka stand di MFS mengaku mengalami kenaikan dalam keuntungan minimal 15% sehari. Namun mereka mengeluhkan bahwa produk yang diperdagangkan rata-rata sama. Meskipun percaya bahwa rezeki, namun daya saing yang cukup tinggi. (Nanda)