Hari Bahasa Isyarat Internasional (HBII) telah diresmikan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan diperingati setiap tahunnya pada tanggal 23 September yang sudah dimulai tahun 2018. Tujuan dari peringatan HBII adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai Bahasa Isyarat dan memperkuat status Bahasa Isyarat.
Mengangkat tema “Hak Bahasa Isyarat untuk Semua” perayaan HBII diawali dengan pawai dari Ngarsopuro hingga Bank Muamalat di area car free day jalan Slamet Riyadi Solo, Minggu 29 September 2019). Kemudian dilanjutkan dengan sosialisasi bahasa isyarat yang diikuti oleh masyarakat umum secara gratis.
Pada pagi yang ramai itu, dalam pidatonya, Kadinsos Surakarta, Tamso mewakili kedatangan Wali Kota, menerangkan bahwa PR pemerintah Kota Surakarta masih banyak dan perlu ditingkatkan, terutama dalam hal aksesibilitas. Pemkot Surakarta juga berusaha untuk menghapus stigma perbedaan difabel dan non difabel.
“Difabel kan punya kelebihan dan kapabilitas. Sebagai warga negara Indon sia ya supaya dapat hak utuh,” tandasnya saat diwawancarai Alinea.
Gerkatin atau Gerakan untuk Kesejahteraan Tuna Rungu Indonesia sudah tergabung dalam organisasi tuli dunia sejak tahun 1993. Galih, ketua Gerkatin Solo berharap semua orang bisa berbahasa isyarat.
“Ya, biar nggak hanya teman dengar saja yang bisa,” tambahnya.
Kemeriahan HBII tahun ini menjadi lentera harapan untuk kesetaraan bagi difabel dan nondifabel. (Ruri)
Leave a Reply