Irfan Amalee: Dunia Maya Adalah Hutan Rimba

Yogyakarta – Forum Dialog dan Literasi Media Sosial yang diadakan Informasi Komunikasi Publik Kemenkominfo dan Suara Muhammadiyah berlangsung secara meriah. Forum diskusi ini mengambil tema “Bijak di Dunia Maya, Rukun di Dunia Nyata”.

Bertempat di Ball Room Lantai 2 Hotel Cavinton Yogyakarta, Sabtu (16/3/2019) siang mulai pukul 14.00 sampai 16.30 WIB, salah satu pengisi acara Irfan Amalee seorang penulis dan Founder GenPeaceID megajak peserta menjadi produser informasi dan menciptakan informasi yang layak untuk masyarakat.

Irfan juga menandaskan bahwa anak muda itu mendalam juga, tapi beda cara penyampaiannya. Mendalam yang dimaksud yaitu paham dan mengerti akan suatu masalah secara detil.

Dunia maya adalah hutan rimba, kita tidak tahu apa yang ada di dalamnya sampai kita sendiri yang memastikan bahwa hutan itu ada hewan buas yang berbahaya atau aman. Oleh karena itu, kita sebagai penikmat dan pengisi dunia maya harus berhati-hati dan selektif dalam menyebar atau membuat informasi.

Dalam dunia maya ada 4 pantangan yang harus dihindari agar membuat konten yang positif, yaitu hasutan kebencian dan extremunisme, cyber bullying, eksploitasi seksual, juga para pendulang uang.

Setelah manusia menerima sebuah informasi, otak akan menerima informasi tersebut. Primate brain, salah satu bagian otak manusia menunjukkan bahwa hanya ada 2 kemungkinan yaitu memerintahkan dan menakuti otak untuk menerima informasi tersebut.

Irfan Pembicara di forum dialog dan literasi media sosial kominfo.(Dok.Alinea)

Cara seseorang melakukan provokasi yaitu menyentuh emosi agar tersentuh, membuat playing victim, seakan-akan diri sendiri menjadi korban. Setelah menjadi lemah, kemudian memunculkan argumentasi dalil logika untuk meyakinkan korban agar terpengaruh.

Setelah terdoktrin ajakan tersebut, akan ada ajakan aksi yang merealisasikan doktrin-doktrin kebencian ke dunia nyata.

Menurut Irfan, ada beberapa cara membangun dunia maya yang sehat, yaitu counter narasi dan alternatif narasi, prosuming, dan literasi digital, serta critical thinking.

Counter narasi itu sangat penting, agar publik memahami suatu isu dengan jernih dan utuh. Tidak disesatkan oleh informasi yang berbau hoaks. Prosuming adalah proses di mana seseorang yang membuat sendiri barang dan jasa yang mereka butuhkan. (Erna)


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *