ALINEA – Kota Beirut, Ibukota Lebanon berduka setelah terjadi ledakan besar pada Selasa (4/8/2020) lalu.
Menurut pihak otoritas setempat, ledakan disebabkan pengapalan besar-besaran amonium nitrat yang disimpan di pelabuhan Beirut.
Hassan Diab selaku Perdana menteri Lebanon mengatakan ada 2.750 metrik ton amonium nitrat di sana.
Ledakan tersebut tercatat oleh sensor Badan Geofisika Amerika Serikat (USGS). Dalam paparan data USGS, ledakan di Beirut itu bisa mempunyai kekuatan seismik setara dengan gempa bumi bermagnitudo 3,3.
Amonium nitrat adalah Bahan kimia yang bisa digunakan sebagai pupuk maupun peledak itu disebut tersimpan di dalam gudang selama enam tahun terakhir.
Selain membunuh lebih dari 150 orang, insiden tersebut melukai 6.000 orang lainnya, dan membuat sekitar 300.000 orang kehilangan tempat tinggal.
Fakta amonium nitrat itu sudah disimpan selama enam tahun menimbulkan kemarahan publik, karena dianggap sebagai kelalaian pemerintah.
Dalam demonstrasi Minggu (9/8/2020), pengunjuk rasa menyerukan anti-pemerintah, dan sempat menduduki kantor pemerintah sebelum diusir penegak hukum.
Hal tersebut merupakan taktik baru bagi demonstran, yang sejak lama menginginkan pejabat yang terindikasi korup dibersihkan.
“Ledakan yang terjadi di pelabuhan meninggalkan kawah sedalam 43 meter,” jelas pejabat keamanan Lebanon seperti diberitakan AFP.
Pejabat tersebut mendasarkan ucapannya pada hasil analisi dari pakar Perancis yang didatangkan untuk meninjau lokasi kejadian. Kawah itu dilaporkan lebih besar dari 2005, dengan kedalaman sekitar 2 meter.
(Rani Widnadianti)
Leave a Reply