Review Game It Takes Two: Romansa, Tawa dan Nostalgia Berdua

ALINEA – Dahulu mode split screen merupakan hal yang lumrah ada dalam sebuah video game, masa di mana online multiplayer masih belum se-massive sekarang, para penikmat video game rela membagi layar mereka agar dapat bermain game bersama secara koorperatif maupun kompetitif.

Kini para pemain game lebih memilih multipemain secara daring untuk bisa bermain game bersama dan mulai meninggalkan mode split screen. Jarang sekali kita menemukan game yang masih menyediakan mode split screen sekarang ini.

Menjawab rasa kerinduan gamer pada mode permainan split screen, Hazelight Studios hadir mengembalikan mode bagi layar ini di game terbaru mereka It Takes Two. Setelah sebelumnya mereka juga merilis game koorperarif berjudul A Way Out pada tahun 2018.

It Takes Two merupakan game bergenre platformer adventure yang dirilis pada maret 2021.Game ini di Direct oleh Josef Tarif, seorang mantan sutradara film yang kini mendirikan sebuah studio game bernama Hazelight studios dibawah naungan publisher terkemuka Electronic Arts.

Beberapa minggu lalu penulis berkesempatan untuk memainkan game ini. Kami berhasil menyelesaikan game ini dengan playtime sekitar 8 jam. Lantas apakah game ini berhasil mengimplementasikan mode koorperatif split screen di game masa kini, berikut merupakan ulasan saya terhadap Game It Takes Two.

Plot Story

It Takes Two

Berbeda dengan A Way Out yang memiliki tema cerita yang berat dan ditujukan untuk audiens dewasa, It Takes Two membawa sebuah cerita petualangan fantasi ringan penuh warna yang dapat dinikmati siapa saja.

Bercerita mengenai Cody dan May sepasang suami istri yang pernikahannya di ambang perceraian, anak mereka Rose merasa terpukul dengan keadaan keluarganya saat itu, suatu hari Rose membawa sebuah buku “book of love” yang ditulis oleh dr hakim sambil membuat permohonan ke boneka kayu yang rose buat.

Permohonan tersebut membuat Codey dan May berubah wujud menjadi boneka kayu, disinilah petualangan codey dan May untuk mencari cara mengubah kembali wujud mereka dan mengembalikan kekompakan serta bonding antar pasutri dimulai. Di sepanjang perjalanan kita juga akan dipandu oleh Sang penulis buku Dr. Hakim.

Cerita yang dibawa memang cukup klise dan terkesan mudah ditebak, namun kita juga tidak bisa berharap cerita yang kompleks dan berat jika game ini merupakan game keluarga. Pembawaan karakter May dan Cody sebagai pasangan yang sedang bertengkar digambarkan dengan sangat baik melalui berbagai macam selipan dialog dan cutscene pada game, namun ada juga saat di mana mereka berdua terlihat sangat kompak sebagai suami istri.

Karakter Dr.Hakim juga patut diapresiasi, cara bicara dan tingkahnya yang agak menyebalkan namun juga lucu berhasil membuat kami selalu menantikan kehadiran Dr.Hakim di game ini.

Kekurangan terdapat pada karakter boss maupun pendukung di setiap chapter-nya, yang menurut kami kurang mendapat background story yang kuat, sehingga terkesan hanya sebagai karakter yang perlu kita lawan agar bisa melaju ke chapter selanjutnya begitu saja, tanpa meninggalkan ikatan emosi yang dalam kepada kami.

Gameplay

It Takes Two

Menawan, satu kata yang bisa kami gambarkan ketika pertama kali melihat tampilan visual game ini. Sekali lagi unreal engine menunjukkan kualitas grafis yang sempurna, bahkan pada game dengan artstyle bak film animasi pixar.

Kami mencoba untuk menurunkan kualitas gambar hingga ke tingkat medium dan tetap saja grafis It Takes Two masih terlihat indah. Transisi antara cutscene dengan gameplay juga nyaris tidak kami rasakan, minimnya loading membuat pergantian cutscene ke gameplay terasa sangat seamless.

Level Design yang Another Level

Pertama kali memulai game, kita diberi petunjuk basic movement yang bisa digunakan seperti double jump, dash, ground pound dan lain lain, uniknya kita diberi skill khusus yang berbeda beda di setiap chapternya, contohnya di suatu level kita bisa menggunakan movement khusus seperti terbang, melempar, menembak dan lain lain.

Setiap level di game ini didesain dengan amat sangat luar biasa. Kami dibuat takjub dengan berbagai macam mekanisme gameplay yang sangat beragam, menjadikan game ini jauh dari kata repetitif.

Kita akan mendapat gameplay mekanik baru di setiap level-nya yang pendekatannya dilakukan dengan memberi item spesial yang memiliki fungsi berbeda di setiap level yang digunakan untuk memecahkan puzzle dan melewati rintangan. It takes two bahkan menyelipkan berbagai macam gameplay lain seperti RPG, shooter bahkan racing di setiap levelnya.

It Takes Two

Eksplorasi dalam game ini juga bisa dikatakan sangat luas untuk ukuran game 3D platforming. Setiap level memiliki hal hal unik yang seru untuk dieksplorasi lebih jauh. Dunia yang terasa hidup serta padat memberi kita rasa penasaran untuk lebih jauh mengeksplorasi area permainan. Di setiap level kita juga bisa menemukan berbagai macam minigame yang kami nilai sangat amat menyenangkan dan kreatif.

Koordinasi adalah kunci

Kerjasama antar player menjadi hal paling utama di game ini, player dituntut untuk bisa kompak bekerjasama agar dapat memecahkan puzzle dan rintangan yang ada. Hazelight memberi kita berbagai macam rintangan yang fun dan atraktif, sehingga kami tidak merasakan dragging yang berlebihan saat berusaha melewati rintangan.

Cody dan May juga memiliki peran masing masing untuk memecahkan suatu puzzle atau rintangan, May yang memiliki postur tubuh kecil dapat bergerak lebih lincah dan Cody yang mempunyai fisik lebih besar bisa dimanfaatkan untuk melakukan hal hal destruktif ataupun melakukan kegiatan fisik lebih banyak, seperti mengankat barang, menahan tuas dan lain lain.

Setelah melewati berbagai macam rintangan dan puzzle, kita akan dihadapkan dengan bossfight di penghujung level. Setiap bossfight memiliki cara bertarung yang berbeda beda di setiap level. Cara kita mengalahkan mereka pun juga berbeda, namun tetap saja memerlukan kerjasama antar player.

Kami tidak mendapati kesulitan yang berarti saat menghadapi bossfight, sebagian besar boss memiliki health bar yang tipis dan combat movement yang mudah ditebak. Kita juga dipermudah dengan tidak terbatasnya kesempatan respawn di game ini, dengan catatan satu pemain masih bertahan.

It Takes Two

Jika kita bandingkan dengan A Way Out, It Takes Two mempunyai gameplay yang lebih sederhana.Rintangan dan puzzle yang dihadirkan kami rasa cukup mudah untuk diselesaikan tanpa berpikir keras.Kami rasa Hazelight membuat keputusan yang tepat untuk membuat game ini tidak begitu kompleks, mengingat ini adalah game yang ditujukan untuk bisa dinikmati semua kalangan khususnya pasangan.

Pertimbangan ini akan kita mungkin rasakan jika lawan main kita bukanlah seorang penikmat video game, mungkin saja kamu ingin mengajak pasanganmu yang bukan seorang gamer bermain, bayangkan jika psanganmu tidak terbiasa dengan mekanisme game yang kompleks dan puzzle yang sulit, bisa saja kalian malah akan bosan dan tidak menyelesaikan game-nya.

Kesimpulan

It Takes Two

Kembali merasakan sensasi mode split screen setelah sekian lama, membawa kami merasakan sensasi nostalgia bermain game di era Playstation 2. It Takes Two hadir menjadi sebuah game koorperatif yang ringan namun juga fun untuk dinikmati.

Cerita yang diangkat memang terkesan klise dan mudah ditebak, perceraian yang seharusnya menjadi masalah serius dan kompleks, justru dibuat menjadi suatu komedi lewat dialog pertengkaran dan perdebatan antara Cody dan May, ditambah dengan kehadiran Dr.Hakim, membuat unsur komedi di game ini begitu kental.

8 Jam playtime terasa begitu menyenangkan lewat mekanisme game yang beragam, tema yang berbeda di setiap level, grafis animasi yang menawan, serta luasnya area eksplorasi membuat saya yakin jika It Takes Two merupakan game dengan design level terbaik di tahun 2021.

Puzzle sloving yang mudah namun tetap menyenangkan dan berbagai macam rintangan yang membutuhkan kerjasama dan koordinasi yang baik, membuat game ini akan lebih cocok dimainkan bersama pasangan.

It Takes Two

Ada beberapa adegan dimana saya dan teman saya yang sama sama lelaki merasa sedikit awkward dan kurang relate, sehingga kami tidak bisa menggambarkan bagaimana experience bermain game ini dengan lawan jenis (wibu dan no-life seperti saya bermain game dengan wanita di real life? Terdengar mustahil bukan).

Sebagai catatan game ini tidak mendukung fitur crossplay, namun game ini memiliki fitur friendpass, dengan fitur ini kita bisa dengan otomatis memberi akses bermain kepada teman kita secara gratis jika ingin bermain secara online.

(rd/aa)


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *