TUTUP USIA, KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO TETAP JADI KENANGAN

ALINEA – Indonesia saat ini telah kehilangan salah satu sastrawan terbaiknya. Penulis puisi sekaligus novel “Hujan Bulan Juni”. Sapardi Djoko Damono, seorang sastrawan yang telah menghasilkan banyak karya dari puis, novel, cerpen, hingga terjemahan karya asing yang masing – masing memiliki makna yang mendalam.

Sapardi Djoko Damono lahir di Surakarta, 20 Maret 1940 dan mengehembuskan nafas terakhirnya pada Minggu (19/07) di Tangeran Selatan.

Meskipun beliau merupakan sastrawan senior, karyanya masih diminati dan menjadi contoh para sastrawan muda seperti penulis puisi dan novel, Nadhifa Allya Tsana atau biasa dikenal dengan nama ‘Rintik Sedu’ yang beberapa waktu lalu sempat berkolaborasi dalam sebuah buku berisi puisi – puisi yang diberi judul “Masih Ingatkah Kau Jalan Pulang”.

Tidak hanya itu, karya – karya luar biasa lainnya juga telah ia ciptakan dalam kurun waktu lebih dari 60 tahun ia menggeluti dunia sastra, seperti yang dilansir dari pikiran-rakyat.com pada 19 Juli 2020, berikut beberapa karya terbaik yang pernah ia buat :

  1. Hujan Bulan Juni

Tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan Juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu
Tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
Dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu
Tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu

2. Yang Fana Adalah Waktu

Yang fana adalah waktu. Kita abadi memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga
sampai pada suatu hari
kita lupa untuk apa
“Tapi, yang fana adalah waktu, bukan?” tanyamu.
Kita abadi.

3. Aku Ingin

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada

4. Hatiku selembar daun

Hatiku selembar daun
melayang jatuh di rumput
Nanti dulu
biarkan aku sejenak terbaring di sini
ada yang masih ingin kupandang
yang selama ini senantiasa luput
Sesaat adalah abadi
sebelum kausapu tamanmu setiap pagi

5. Kuhentikan Hujan

Kuhentikan hujan
Kini matahari merindukanku, mengangkat kabut pagi perlahan
Ada yang berdenyut dalam diriku
Menembus tanah basah
Dendam yang dihamilkan hujan
Dan cahaya matahari
Tak bisa kutolak
Matahari memaksaku menciptakan bunga-bunga.

Buku-buku lainnya dengan judul Pada Suatu Hari Nanti, Ayat – Ayat Api, Melipat Jarak, dan Sepasang Suatu Tua juga menjadi bagian dari karya terbaik yang pernah ia ciptakan. Meski telah pergi, karya nya akan selalu dikenang dan menjadi contoh yang baik bagi dunia sastra.

Selamat Jalan Sapardi Djoko Damono…

(Shahnaz Dinda)


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *