ALINEA – Ganda Putri Indonesia, Greysia Polii/Apriyani Rahayu berhasil mempersembahkan medali emas pertama untuk Indonesia di Olimpiade Tokyo 2020 setelah pada partai puncak berhasil menalukkan Ganda Putri Tiongkok sekaligus unggulan kedua Olimpiade Tokyo 2020, Chen Qing Chen/Jia Yi Fan dua gim langsung dengan skor 21-19 & 21-15 di Musashino Forest Sport Plaza, Tokyo, Senin (2/8/2021).

(Sumber: Richard Heathcote/Getty Images)

Kebangkitan Greysia Polii

Bagi Greysia Polii, kemenangan ini terasa sangat spesial. Pasalnya di usia ke 33 tahun, Olimpiade Tokyo 2020 kemungkinan menjadi kesempatan terakhirnya mempersembahkan emas bagi Indonesia. “Tragedi pada Olimpiade London 2012 mengajarkan saya untuk tidak pernah menyerah pada mimpi,” ucap Greysia dikutip dari laman resmi BWF.

Prestasi ganda putri Indonesia mulai bangkit seiring ditempatkannya Apriyani Rahayu sebagai pasangan Greysia menggantikan Nitya Maheswari yang cedera pada 2017. Usia yang terpaut 10 tahun di antara mereka ternyata justru berbuah prestasi manis.

Torehan medali emas olimpiade sekaligus mencatat nama Greysia/Apriyani sebagai ganda putri pertama yang berhasil mempersembahkan medali emas bagi Indonesia di ajang Olimpiade. Sejarah mencatat, sejak Bulutangkis mulai dipertandingkan di Olimpiade Barcelona 1992, sektor Ganda Putri memang belum pernah mempersembahkan medali emas bagi Indonesia.

Jejak Ganda Putri Indonesia di Olimpiade

Olimpiade Atlanta 1996 sektor Ganda Putri Eliza/Resiana langkahnya terhenti di perempat final oleh wakil Tiongkok Ge Fei/Gu Jun yang akhirnya berhasil meraih emas. Olimpiade Sidney 2000 menjadi pemberhentian selanjutnya, kali ini pasangan Etty Tantri/Chyntia Tuwankotta yang dikalahkan juara bertahan asal Tiongkok Ge Fei/ Gu Jun yang berhasil mempertahankan medali emasnya.

Pada Olimpiade Athena 2004, perwakilan Indonesia Jo Novita/Lina Nurlita kandas di putaran kedua ketika bertemu dengan wakil Tiongkok Yang Wei/Zhang Jie Wei setelah bermain rubber game. Pada partai puncak pasangan Tiongkok tersebut akhirnya berhasil merebut medali emas.

Torehan ganda putri Indonesia pada Olimpiade Beijing 2008 terbilang cukup mengecewakan, pasangan Liliyana Natir/Vita Marissa harus takluk pada putaran pertama setelah bertemu wakil Tiongkok sekaligus juara bertahan, Yang Wei/Zhang Jie Wei.

Empat tahun berselang, Greysia Polli/Meiliana Jauhari sebenarnya berhasil menembus 16 besar pada Olimpiade London 2012. Namun, mereka didiskualifikasi BWF bersama 2 pasangan Korea dan 1 pasangan Tiongkok karena dianggap sengaja mengatur hasil pertandingan di babak penyisihan grup. Keempat pasangan tersebut dianggap melanggar code of conduct pasal 4.5 “Tidak bersungguh-sungguh untuk berusaha memenangkan pertandingan” dan 4.16 “Bertingkah laku menghina dan merusak reputasi bulu tangkis”.

Olimpiade Rio 2016, Indonesia kembali diwakili oleh Greysia Polli, kali ini berpasangan dengan Nitya Krishinda Maheswari. Pasangan Greysia/Nitya berhasil mencapai babak perempat final. Sebelum akhirnya ditaklukan wakil Tiongkok, Tang Yuanting/Yu Yang.

(Sumber: Lintao Zhang/Getty Images)

Capaian medali emas pada Olimpiade Tokyo 2020 membuat Greysia Polli dan Apriyani Rahayu berhak mendapatkan bonus sebesar 5 milliar rupiah yang dijanjikan pemerintah melalui keterangan resmi Sekretaris Kemenpora, Gatot S. Dewa Broto.

Hingga tulisan ini diterbitkan, Indonesia berada di posisi 34 dengan perolehan 1 medali emas, 1 medali perak, dan 2 medali perunggu. Indonesia berpeluang menambah raihan medali perunggu melalui Nurul Akmal yang akan tampil pada babak final angkat besi 87 kg Putri dan pebulu tangkis tunggal putra Indonesia, Anthony Sinisuka Ginting jika berhasil menaklukan pebulu tangkis Guatemala, Kevin Cordon.

(ap/rs)