Setiap Orang Dapat Mengidap TBC. Kamu Salah Satunya?

ALINEAHowdy liners! Walau setiap orang dapat mengidap TBC/Tuberkulosis, penyakit tersebut nyatanya lebih berkembang pada orang yang hidup dalam kemiskinan, kelompok terpinggirkan, dan populasi rentan lainnya. Angka prevalensi TBC Indonesia nih liners pada tahun 2019 sebesar 197 per 100.000 penduduk.

Eliminasi Tuberkulosis juga menjadi salah satu dari 3 fokus utama pemerintah di bidang kesehatan selain penurunan stunting dan peningkatan cakupan dan mutu imunisasi. Visi yang dibangun terkait penyakit ini yaitu dunia bebas dari tuberkulosis, nol kematian, penyakit, dan penderitaan yang disebabkan oleh Tuberkulosis.

Apa itu TBC dan apa gejalanya?

Mengutip Pusat Data dan Informasi – Kementerian Kesehatan RI, Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Terdapat beberapa spesies Mycobacterium, antara lain M. tuberculosis, M. africanum, M. bovis, M. Leprae, dan sebagainya yang juga dikenal sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA).

Kelompok bakteri Mycobacterium selain Mycobacterium tuberculosis yang bisa menimbulkan gangguan pada saluran napas dikenal sebagai MOTT (Mycobacterium Other Than Tuberculosis). Bakteri ini terkadang bisa mengganggu penegakan diagnosis dan pengobatan TBC.

Nah liners, gejala utama pasien TBC paru yaitu batuk berdahak selama 2 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan, yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak napas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, hingga demam meriang lebih dari satu bulan.

Pada pasien dengan HIV positif, batuk sering kali bukan merupakan gejala TBC yang khas, sehingga gejala batuk tidak harus selalu selama 2 minggu atau lebih.

Jika liners mengalami gejala seperti ini, segera periksa untuk mendeteksi dini gejalanya, ya!

Situasinya sekarang ini

Berdasarkan Infodatin (2018), pada tahun 2016 terdapat 10,4 juta kasus insiden TBC (CI 8,8 juta – 12, juta) secara global yang setara dengan 120 kasus per 100.000 penduduk. Lima negara dengan insiden kasus tertinggi yaitu India, Indonesia, Tiongkok, Filipina, dan Pakistan.

Badan kesehatan dunia mendefinisikan negara dengan beban tinggi/high burden countries (HBC) untuk TBC berdasarkan 3 indikator yaitu TBC, TBC/HIV, dan MDR-TBC.

Terdapat 48 negara yang masuk dalam daftar tersebut. Gawatnya, Indonesia adalah salah satunya! Jumlah kasus baru terduga TB di Indonesia sebanyak 3.414.150 kasus pada tahun 2019 (data per 3 Februari 2020).

Faktor dan risiko

Penyakit Tuberkulosis paru yang disebabkan terjadi ketika daya tahan tubuh menurun. Dalam perspektif epidemiologi yang melihat kejadian penyakit sebagai hasil interaksi antar tiga komponen pejamu (host), penyebab (agent), dan lingkungan (environment) dapat ditelaah faktor risiko dari simpul-simpul tersebut.

Pada sisi pejamu, kerentanan terhadap infeksi Mycobacterium tuberculosis sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh seseorang pada saat itu. Pengidap HIV AIDS atau orang dengan status gizi yang buruk lebih mudah untuk terinfeksi dan terjangkit Tuberkulosis.

Baca juga: Mengenal Permasalahan Kesehatan Gigi dan Mulut Sejak Dini

Upaya pengendalian dan pencegahan faktor risiko TBC

batuk tbc, sebuah ilustrasi
ilustrasi sumber: Google

Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara-cara berikut:

  • Membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat;
  • Membudayakan perilaku etika berbatuk;
  • Melakukan pemeliharaan dan perbaikan kualitas perumahan serta lingkungannya sesuai dengan standar rumah sehat;
  • Peningkatan daya tahan tubuh;
  • Penanganan penyakit penyerta TBC; dan
  • Penerapan pencegahan dan pengendalian infeksi TBC di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, dan di luar Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

(Ervine Ari)


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *