Enola Holmes: Simbol Emansipasi Wanita Era Victorian

ALINEA – Enola Holmes merupakan karakter fiksi yang dikenal juga sebagai adik dari Sherlock Holmes, seorang detektif ciptaan Sir Arthur Conan Doyle yang terkenal di penjuru dunia. Karakter Enola Holmes sendiri telah diadaptasi ke dalam film dengan judul serupa yang telah tayang di Netflix pada 23 September 2020 lalu. Adapun seri keduanya juga baru saja dirilis di Netflix pada 27 Oktober 2022 kemarin.

Film Enola Holmes disutradarai oleh Harry Bradbeer dengan adaptasi naskah dari novel Nancy Springer. Nancy Springer merupakan novelis Amerika yang cukup terkenal dengan cerita Sci-Fi dan misterinya. Ia memenangkan Edgar Award untuk kategori penulis misteri di Amerika. Cerita Enola Holmes sendiri masuk dua kali dalam nominasi Best Juvenile Mystery di tahun 2007 dan 2010.

Sumber: Pinterest

Sinopsis

Kisah ini bermula di Inggris pada 1884, ketika dunia sedang berada di ambang perubahan besar. Seorang gadis yang baru berulang tahun ke-16 bernama Enola Holmes mendapati bahwa ibunya, Eudora Holmes menghilang secara misterius. Eudora hanya meninggalkan berbagai hadiah yang aneh dan tidak memberikan petunjuk apapun mengenai alasan dan tujuan ia pergi.

Sepeninggal Eudora, Sherlock dan Mycroft yang merupakan kakak Enola bertekad mengirim Enola ke sekolah perempuan untuk belajar bersikap. Menolak keinginan mereka, Enola pun kabur untuk mencari ibunya. Di tengah misi untuk mencari ibunya, Enola bertemu dengan bangsawan muda, Viscount Tewksbury yang sedang kabur. They became partners. Mereka mencoba mengungkap sebuah konspirasi yang mengancam sejarah hingga akhirnya menemukan Eudora kembali.

Enola Holmes dan Emansipasi Wanita

Enola digambarkan sebagai gadis cantik yang lebih suka tampil bebas tanpa harus terikat dengan etiket dan gaun berkorset. Pada masa Victorian, penggunaan korset adalah hal umum bagi perempuan yang ingin tampil elegan dan menjaga postur tubuhnya.

Gaya busana yang dikenakan Elona pada masa itu dianggap tak biasa. Enola dididik agar dapat hidup dan menentukan jalan hidupnya sendiri. Sikap Enola ini menunjukkan pemberontakannya. Ia menganggap sudah waktunya perempuan bisa setara dengan pria.

Penulis: Kufita Aprilia

Editor : Andika Syafitri Pratami

Baca juga : Luckiest Girl Alive : Trauma Pasca Kekerasan Seks


 


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *