ALINEA – Harga mi instan, mie ayam, dan apa pun yang berbahan dasar gandum disebut-sebut akan naik, sebab Indonesia masih impor dan bergantung pada Ukraina yang saat ini berperang dengan negara di seberangnya, Rusia.

“Kalau kita makan mi instan atau mi ayam sebentar lagi naik harganya karena kita sangat bergantung pada impor dari Ukraina,” terang Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi pada webinar yang diselenggarakan Indonesia Customer Club (ICC) dengan tajuk Harga Minyak yang Digoreng Langka (1/3).

Gandum yang merupakan bahan baku terigu dan produk mi, serta tidak tumbuh di Indonesia, akan kesulitan diimpor dari Ukraina, selain gangguan distribusi juga kebutuhan dalam negeri jelas meningkat.

Merujuk pada data Badan Pusat Statistik (BPS) Nasional, Ukraina menjadi salah satu negara pemasok biji gandum dan meslin (tepung gandum) terbesar untuk Indonesia. Pada periode 2017 – 2021, nilai impor bahan baku tersebut mengalami peningkatan 124%.

Associate Researcher Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Krisna Gupta mengatakan bahwa Indonesia harus segera mencari penyuplai gandum dari negara lain selain Ukraina.

“Konflik ini akan berpengaruh besar pada harga pangan di Indonesia dan Indonesia harus segera mencari sumber gandum dan pupuk baru secepatnya untuk membatasi kenaikan harga pangan,” ujarnya dikutip dari Antara, Sabtu (27/2).

Sepanjang Januari – November 2021, impor gandum dan meslin terbesar datang dari Australia, dengan volume mencapai 4,42 juta ton dengan nilai US$ 1,37 miliar. Di bawahnya ada Ukraina (2,76 juta ton/US$ 821 juta), diikuti Kanada (1,88 juta ton/US$623,35 juta), Argentina (586 ribu ton/US$162 juta), Amerika Serikat (441,35 ribu ton/US$131,31 juta).

Serta negara-negara lain yang turut memasok 662,5 ribu ton gandum dan meslin dengan nilai US$182,98 juta.


Penulis: Ricky Setianwar