Kisah di Balik Wayang Dongeng

Sosok Bagong Soebardjo dalam Wayang Dongeng
Bagong Soebardjo, dalam Wayang Dongeng
Dok. Alinea (Katarina Retri)

ALINEA – Wayang menjadi salah satu aset budaya di Indonesia yang wajib dilestarikan. Wayang dan dongeng mampu dikemas menjadi pembelajaran anak, seperti yang dilakukan oleh Bagong Soebardjo.

Awal Mula

Berawal dari karakter kartun yang diciptakan, Bagong Soebardjo semakin dikenal sebagai kartunis sejak tahun 1973. Karakter yang diciptakan telah menghiasi halaman koran dan mulai mendapat tawaran untuk membuat wayang kartun. Wayang kartun tersebut kemudian dipentaskan pertama kali di Jakarta dan mendapat respon positif. Namun, Bagong Soebardjo kurang berani mengkritik sehingga ia beralih membawakan wayang dongeng untuk anak-anak sejak lima tahun terakhir. Cerita yang diangkat seputar dongeng nusantara yang dikemas sesuai perkembangan anak masa kini, dengan meniadakan ajaran yang kurang baik atau kurang masuk akal. Karya-karyanya pernah difilmkan, mulai dari dua dimensi hingga tiga dimensi. 

“Hanya yang paling menggembirakan, beberapa anak-anak masih mau, artinya mengikuti saya. Karena dalam mendongeng, membawakan cerita, anak-anak kami ajak berinteraksi. Anak-anak juga kami ajak membuat bagaimana cara membuat wayangnya, memang secara hati-hati dan pelan-pelan dengan bahasa-bahasa tutur yang agar anak bisa mau menerima apa yang kita sampaikan,” tutur Bagong Soebardjo.

Baca juga: Warna Rumah yang Memberi Energi Positif

Dunia mendalang yang dipelajarinya secara otodidak tidaklah asing bagi sosok berusia 63 tahun ini. Bagong Soebardjo mulai bermain layaknya seorang dalang pada tahun 1980. Saat itu pula wayang karton sudah diperjualbelikan dan kemudian mengoleksi hingga satu kotak sembari menirukan dalang yang beratraksi.

Mengerjakan Seorang Diri

Bagong Soebardjo adalah pribadi yang menyukai seni, terbukti ia pun pernah bermain ketoprak. Karena itulah, ia mengerjakan semua wayangnya seorang diri selama satu minggu untuk menghasilkan satu wayang kulit, tanpa ornamen rumit. Ia mendapatkan kulit di daerah Bantul dan mendapatkan capit dari Toraja dengan tanduk kerbau bule. 

Selain wayang, ia juga menggunakan boneka yang dibuat dari barang bekas, seperti kaos kaki dan kertas.

Harapannya Mengenai Wayang Dongeng

Bagong Soebardjo berharap, anak-anak semakin tertarik belajar wayang dongeng di sanggarnya yang berada di Jlegongan, Tempel, Sleman. Selain itu, pemerintah selayaknya mendukung keterampilan masyarakat, seperti di negara lain yang pernah dikunjunginya.

(Retri)


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *