Minggu Ke-3 Banjir di Sintang Capai 3 Meter

ALINEA – Menuju penghujung tahun, musim hujan kembali menyapa. Permasalahan soal banjir di Indonesia masih sulit untuk dielak, kali ini salah satunya terjadi di Sintang, Kalimantan Barat yang mencapai 3 meter.

Melansir CNN Indonesia, banjir yang terjadi di Bumi Senentang ini meredam pemukiman warga selama tiga pekan. Salah satu warga Sintang Antonius Edy sebut titik terparah banjir yaitu pemukiman warga yang dekat dengan Sungai Melawi dan Kapuas.

“Beberapa titik lokasi yang dekat sungai, masih sekitar 3 meter,” kata dosen di salah satu perguruan tinggi swasta itu (11/11).

Banjir yang melanda 12 kecamatan dan 140.468 warga terdampak, membuat beberapa warga harus mengungsi ke hutan, tepatnya di dekat Jl. Pangsuma, Desa Kapuas Kanan Hilir, Sintang, Kalbar.

Ketua RT 01 Kel. Mengkurai, Hamdani, mengatakan ada 12 Kepala Keluarga (KK) yang mengungsi ke hutan. Ia mengungkapkan, kegetiran para pengungsi di sana adalah kesulitan mendapat logistik.

“Jadi mereka kesulitan sembako. Jadi keluarga, kan, belum tahu ngungsi di sana. Jadi suplai makanan kurang. Kemarin di posko saya itu ada juga bantuannya. Jadi kita suplai sana,” ujarnya.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Ganip Warsito menuturkan bahwasannya yang menjadi penyebab banjir di Sintang adalah intensitas hujan yang tinggi dan membuat air di wilayah hulu Sungai Kapuas meluap.

Pemerintah daerah, kata Ganip, perlu bersiaga dan melakukan mitigasi. Tata kelola ruang yang baik dan benar, serta perilaku masyarakat untuk lebih peduli dan memahami tentang pemanfaatan alam berkelanjutan.

“Bencana hidrometeorologi sebenarnya bencana yang bisa kita cegah. Dengan apa? Dengan penggunaan ruang hidup yang benar, kemudian perilaku masyarakat kita yang memahami tentang penggunaan alam dan seisinya,” terangnya pada Rabu (10/11).

Baca juga: Rencana Pemerintah Bangun Kawasan Hijau Terbesar di Dunia

Di lain sisi, Gubernur Kalbar Sutarmidji mengaku bahwa deforestasi dan pertambangan adalah penyebab utama kebanjiran yang menerjang beberapa wilayahnya.

“Hujan, kan, tidak ada resapan lagi. Kayu-kayu sudah tidak ada untuk penyimpanan air,” katanya pada TV One (9/11).

Sutarmidji menyebut hutan-hutan habis karena Izin Usaha Pengelolaan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman Industri (IUPHHK-HTI) banyak diberikan kepada perusahaan. Ia ingin mencabut HTI itu tapi tidak memiliki wewenang, Kementerian KLHK lah yang punya.

Ia mendesak KLHK untuk mencabut HTI itu dan mengembalikan hutannya kepada warga.


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *