Brave New World, Buku Klasik dari Era yang Jauh di Masa Depan

ALINEA – Buku klasik, buku yang sudah lama ditulis, namun masih dapat dinikmati sampai sekarang. Banyak buku-buku klasik yang mendunia, seperti “Winnie-the-Pooh” karya A.A. Milne hingga “Little Women” karya Jane Austen. Mulai dari yang bertemakan fantasi, komedi, bahkan fiksi sains. “Brave New World” merupakan salah satunya.

Buku klasik ber-genre fiksi sains ini mengangkat kisah tentang kehidupan di masa depan yang dinamakan era AF (After Ford). Walau ditulis pada tahun 1931, nyatanya kisah dalam buku ini–setidaknya–belum terwujud.

Menarik sekaligus menakutkan

Di satu sisi, “Brave New World” sangat menarik dari segi teknologi yang digambarkan. Orang-orang mengembangkan Hypnopedia–teknik menanamkan informasi suara yang kuat pada manusia–supaya manusia bisa diatur sesuai kastanya. Tidak seperti Hypnopedia yang dilakukan sekarang ini, pada era AF caranya jauh berbeda. Informasi tersebut dibuat untuk meyakinkan manusia bahwa mereka memang tercipta untuk kasta tertentu, bukan untuk pembelajaran seperti sekarang ini. Tentu cara ini pun bisa menarik untuk dicoba di era sekarang.

Di sisi lainnya, “Brave New World” juga bisa dibilang menakutkan. Sebagai contoh, manusia di era AF ini tidak diizinkan untuk membaca sastra sebelum era AF. Tidak hanya itu, mereka pun tidak diizinkan menulis puisi, lantaran puisi dianggap dapat membangkitkan perasaan “tidak senang”. Dan jika mendapatkan perasaan tidak senang tersebut, manusia-manusia ini dianjurkan untuk mengonsumsi soma–narkotika yang memiliki nama lain karisoprodol.

Di Indonesia sendiri, karisoprodol sudah dicabut izin edarnya sejak tahun 2013. Maka, terbayang kan bagaimana jadinya jika narkotika tersebut kembali beredar?

Pembagian kasta dalam buku “Brave New World”

Manusia hidup sesuai kasta masing-masing; ada Alfa, Beta, Gama, dan Epsilon. Alfa merupakan kasta manusia tertinggi, di mana manusia-manusia pada kasta ini memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Tubuh mereka pun bisa dibilang sempurna, hampir tidak ada kecacatan. Namun, lain halnya dengan Bernard Marx. Ia berbeda; bertubuh pendek dan sering merasa tidak puas dengan kehidupannya. Bernard lalu bertemu dengan Si Liar yang memiliki nama asli John. John sebagai wujud yang mewakilkan era sekarang ini pun menarik perhatian banyak orang, tidak terkecuali Bernard sendiri. Bertemu dengan Si Liar menjadikan hidup Bernard berubah.

Walau tergolong buku yang menarik, sayangnya tidak terdapat penjelasan untuk setiap istilah-istilah yang tidak umum. Tidak ada catatan kaki yang menjelaskannya. Hal lain yang sangat disayangkan adalah akhir dari kisah ini. Hanya dikisahkan Si Liar yang akhirnya memilih untuk melawan hakikat kehidupan di era AF. Tidak ada akhir yang spesifik tentang apa yang akhirnya terjadi pada Bernard, Si Liar sendiri, maupun orang-orang di sekitar mereka.

Baca juga: Berkebun, Trend Baru Selama Pandemi COVID-19

Banyak disukai karena ketidaknyamanannya

“Brave New World” memang buku yang ditulis supaya pembaca merasa tidak nyaman, dan tentu berhasil. Banyak yang menyukai rasa tidak nyaman ini dan tentu saja, banyak juga yang benar-benar tidak menyukainya. Menurut situs Goodreads, “Brave New World” mendapatkan rating 3.99 dari 5 bintang. Buku ini cocok dibaca untuk Liners penyuka buku fiksi yang tergolong berat. Walau buku klasik ini termasuk fiksi, tapi tentu kisahnya tidak seringan buku fiksi pada umumnya. Selain pengetahuannya yang tergolong berat, Liners juga akan melibatkan perasaan yang mendalam. Jika Liners berencana membaca tanpa dibatasi waktu, buku ini bisa menjadi pilihan.

Selamat menjelajahi era After Ford, Liners!

(Pinky)


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *